Pages

Rabu, 25 Agustus 2010

Fungsi Seni

FUNGSI SENI
Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni adalah bagian dari kehidupan manusia yang sama pentingnya dengan kebutuhan primer lainnya.
Suatu karya seni dapat berfungsi baik secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam kehidupan sehari – hari

1. Fungsi Individual Seni
a. Fungsi individual seni untuk memenuhi kebutuhan rohani
Setia individu pasti memiliki emosi dan tuntutan emosi itu perlu disalurkan supaya tidak terjadi menjadi beban bagi dirinya
Bagi seorang seniman emosi itu dapat disalurkan melalui kegiatan seni, seperti melukis mematung dan lain – lain. Karena seni adalah suatu kegiatan yang melibatkan ekspresi yang mendalam, dan mengekspresikan perasaan merupakan kegiatan rohaniah

Sedangkan bagi individu – individu lain yang bukan seniman seni dapat berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan rohani yaitu dengan cara menikmati (mengekspresikan) hasil karya seni, misalnya menonton film, menyaksikan pertunjukan drama, mendengarkan musik atau mengunjungi pameran. Kegiatan – kegiatan seperti itu dapat menimbulkan rasa keindahan atau kesenangan batin secara individu
b. Fungsi individual seni untuk memenuhi kebutuhan jasmani
Selain karya seni murni, juga banyak karya seni pakai yang diciptakan oleh para seniman atau pengrajin, seperti pakaian meubel, alat – alat dapur, perkakas dan perhiasan. Secara individual karya seni tersebut dapat berfungsi fisik, karena hasilnya dapat kita pergunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari – hari

2. Fungsi Sosial Seni
Suatu karya seni memiliki nilai sosial apabila:
a. Dapat mempengaruhi tingkah laku atau tindakan masyarakat secara kolektif
b. Diciptakan untuk dilihatdan digunakan dalam suasana umum
c. Mencetuskan atau melukiskan aspek – aspek eksistensi yang bersifat sosial atau kolektif sebagai kebalikan dari sesuatu pengalaman individual
Dalam kehidupan sehari – hari dapat kita jumpai karya seni diterapkan diberbagai bidang, yaitu bidang rekreasi, komunikasi, pendidikan dan bidang agama

a. Fungsi sosial seni dalam bidang rekreasi
Fungsi ini yaitu, karya seni yang sengaja di sajikan sebagai sarana hiburan untuk memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada masyarakat luas. Seperti; seni pertunjukan atau pementasan wayang, orkes, sandiwara dll

b. Fungsi sosial seni dalam bidang komunikasi
Apabila karya seni digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Maka karya seni tersebut memiliki fungsi sosial dalam bidang komunikasi. Misalnya informasi tentang wajib belajar sembilan tahun disispkan lewat drama himbauan melestariakn lingkungan dituangkan dengan lagu, kritik sosial digambarkan dengan karikatur dan sebaginya

c. Fungsi sosial seni dalam bidang pendidikan
Peranan seni dalam bidang pendidikan yaitu sebagai alat peraga untuk memperlancar proses belajar supaya anak didik lebih mudah dan mengerti menerimanya. Misalnya suatu peristiwa dalam sejarah disampaikan dengan film 

d. Fungsi sosial seni dalam bidang agama
Sejak lahirnya kebudayaan, seni sudah berkaitan dengan fungsi sacral. Manusia percaya terhadap adanya kekuatan – kekuatan gaib dilakukan dengan seni. Kemudian turunnya agama – agam pun mejadi seni sebagai kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatan keagamaan. Misalnya memuja roh – roh nenek moyang atau para Dewa diwujudkan dengan patung. Menyampaikan dakwah Islam dengan pertunjukan wayang atau drama. Puji – pujian terhadap Yesus dengan paduan suara di Gereja - Gereja

Wawasan Seni

PENDIDIKAN SENI TENTANG WAWASAN SENI

Wawasan seni adalah pandangan, sikap, pendekatan dan pengertian tentang prinsip berkesenian terhadap karya seni. Wawasan seni penting kita ketahui karena merupakan sikap dan pandangan kita terhadap masalah kesenian. Disini akan diuraikan masalah wawasan seni yang dikaitkan dengan menghayati pengertian seni, fungsi seni, tujuan seni, perkembangan seni dan media seni

A. PENGERTIAN SENI
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil


1. Pengertian menurut para ahli budaya
a. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang       ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup                  
    bermasyarakat / berkelompok
b. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan
    realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk
    membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya
c. Ki Hajar Dewantara, seni adalah ….segala perbuatan manusia yang
    timbul dari perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan       manusia
d. Plato dan Reuseau berpendapat, seni adalah hasil peniruan dari alam    
    dengan segala seginya

Cabang – cabang seni
Seni berdasarkan bentuk pengungkapannya dibedakan menjadi 2 cabang, yaitu:
a. Seni Tradisional, yaitu bentuk seni yang berpedoman pada suatu aturan / kaidah secara turun temurun, terdiri dari:
1) Seni Primitif, yaitu seni yang lahir dari bentuk kebudayaan yang paling awal dan belum mendapat pengaruh dari luar
2) Seni klasik, yaitu seni yang telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan
b. Seni modern, yaitu bentuk seni yang telah mendapat pengaruh dari barat yang mengolah kaidah sebelumnya
c. Seni penglihatan (Visual Art), yaitu seni yang dinikmati lewat mata, contoh, seni patung, film, Tari, pantomim dll
d. Seni pendengaran (Auditory Art), yaitu seni yang di nikmati lewat telinga, contoh; seni musik, puisi, prosa dll
e. Seni penglihatan dan pendengaran (Audiotory Visual Art), yaitu seni yang dinikmati lewat mata dan telinga, contoh seni Tari, seni film, dll
Seni sebagai media pengungkapan terbagi atas 5 cabang yaitu;
a. Seni rupa, yaitu seni yang mengungkapkan melalui media bahan, cat (pewarna), garis dan bentuk
b. Seni musik, yaitu seni yang diungkapkan melalui media bunyi – bunyian atau suara
c. Seni Tari, yaitu media seni yang diungkapkan melalui media gerakan tubuh
d. Senai sastra, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata dan bahasa
e. Seni Teater, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata, gerak, bunyi/suara dan rupa (merupakan seni multimedia)
a. Cabang - cabang seni rupa yaitu:
- Berdasarkan bentuknya yaitu terdiri dari:
1) seni rupa Dwi matra, yaitu karya seni yang diwujudkan pada bidang dua dimensi yang hanya dapat dinikmati hanya dengan satu arah pandangan saja. Contohnya seni lukis, gambar dan grafis
2) seni rupa Tri – Matra, yaitu karya seni yang diwujudkan pada benda              yang bisa kita nikmati hasilnya dari berbagai arah pandangan.                  
     Contohnya: seni patung seni kerajinan, seni bangunan

- Berdasarkan nilai dan tujuannya terdiri dari :
1) Seni murni (Fine Art), yaitu karya seni yang semata – mata hanya untuk     dinikmati nilai seninya secara langsung seperti seni lukis, seni patung,         seni Tari, seni musik dll
2) Seni pakai (Applied Art) yaitu karya seni yang memiliki nilai praktis yang dapat dipergunakan untuk kepentingan hidup sehari – hari, contohnya, pakaian, senjata, peralatan rumah tangga dan lain - lain
b. Cabang – cabang seni musik yaitu:
- Berdasarkan bentuknya terdiri :
1) Musik vokal, yaitu musik yang dinyanyikan dengan suara manusia
2) Musik istrumental, yaitu musik yang menggunakan alat yang bergetar
3) Musik campuran, yaitu musik perpaduan antara vokal dan instrumental
- Berdasarkan fungsinya terdiri:
1) Musik untuk upacara, contohnya: Degung Tanjidor dll
2) Musik untuk bela diri, contohnya Pencak Silat dan benjang dll
3) Musik untuk hiburan: contohnya Ogel, Ronggeng Gunung, Longser, Tarling dll
- Berdasarkan bentuknya terdiri dari:
1) Musik Tradisional, contohnya; Calung, Angklung, Degung
2) Musik Modern, contohnya; Symponi, Konset dll
c. Cabang – cabang seni Tari yaitu:
- Berdasarkan fungsinya terdiri dari:
1) Tari upacara (pemujaan/adat), contohnya Tari Dodot (Banten), Tari Sampiung (Rancakalong) dan Tari kengkong
2) Tari Hiburan (Tari pergaulan), contohnya: Tari Jaipong (Sunda), Tayub (Jateng)
3) Tari Pertunjukan, contoh; Tari Ksatria dan Tari Pesona
4) Tari Terapi (untuk penyembuhan), contohnya; Tari Saman (Aceh)
5) Tari pendidikan (terutama di Taman Kanak Kanak), contoh; Tari Ayam Sambung
- Berdasarkan jumlah pelakunya
1) Tari tunggal, contohnya Tari Topeng (Sunda) Tari TRUNAJAYA (Bali), Tari Kelana (Jawa)
2) Tari berpasangan, contoh; Tari Payung dan Serampang Dua Belas (Sumatra), Jaipong (Sunda)
3) Tari Bertiga, contoh; Tari Blancir (Jawa), Tari Lenggong (Bali)
4) Tari Berempat, contoh; Tari Bungko (Sunda), Serimpi (Jawa)
5) Tari Masal/Kelompok (lebih dari 5 penari), terbagi atas:
- Tari Tanpa Lakon, contoh; Tari Rudet (sunda)
- Tari Berlakon (Drama Tari), Wayang Wong (Jawa), Topeng
- Tari Berlakon Kreasi Baru: Jaka Tarub, Sangkuriang dll
d. Cabang – cabang seni Teater, yaitu:
- Berdasarkan bentuknya terdiri atas:
1) Teater Tradisional, contohnya Lenong, Ludruk, Longser
2) Teater klasik, contohnya: Wayang Golek, Wayang Kulit dll
3) Teater transisi/peralihan, contohnya Stambul, Srimulat
4) Teater modern, contohnya: Teater Pelangi dan Teater Monserrat
- Berdasarkan naskahnya terdiri dari:
1) Teater Tragedi, contohnya cerita Sangkuriang
2) Teater Komedi, contohnya : Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontany
3) Teater Absur, contohnya Kapai – Kapai karya Aripin C Noor

Media Seni Rupa

 Media seni rupa

1. Arang
Adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.

Pemakaian
Batu arang yang digunakan sebagai bahan bakar.
Arang pada awalnya digunakan sebagai pengganti mesiu. Ia juga digunakan dalam metalurgi sebagai reducing agent, walaupun sekarang sudah ditinggalkan. Sebagian orang menggunakan arang sebagai media gambar. Tetapi sebagian besar produki charcoal digunakan sebagai bahan bakar. Hasil pembakarannya lebih bersih daripada kayu biasa.

Arang kering.
1. 1. Pembakaran

Batu arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan pada saat berkemah. Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari. Pemakaian arang untuk memasak makanan di dalam ruangan memiliki resiko berbahaya terhadap kesehatan, karena karbon monoksida yang dihasilkan.[1]

Sebelum Revolusi Industri, arang digunakan sebagai bahan bakar industri metalurgi.

Arang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Arang atau kayu dibakar di dalam generator gas kayu untuk menggerakan mobil dan bus. Di Perancis pada saat Perang Dunia II, produksi kayu dan arang untuk kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton sebelum perang menjadi 500.000 ton pada tahun 1943.[2]
1. 2. Seni rupa

Batang arang yang sebagai media seni rupa.

Arang digunakan dalam seni rupa seperti pensil atau krayon. Media ini banyak digunakan untuk membuat sketsa dalam ukuran besar atau media yang membutuhkan garis sketsa yang kuat, seperti kanvas. Sebagai media seni rupa, charcoal dijual dalam bentuk batangan.

Arang memiliki sifat lembut, ringan, hitam, dan sekaligus mudah patah. Media ini sangat disenangi pelukis dalam membuat sketsa sebab sketsa yang dihasilkan sangat jelas, bahkan dalam proses pengecatan sekalipun.

2. Cat air
Cat air atau populer juga dengan sebutan aquarel adalah medium lukisan yang menggunakan pigmen dengan pelarut air dengan sifat transparan. Meskipun medium permukaannya bisa bervariasi, biasanya yang digunakan adalah kertas. Selain itu bisa pula papyrus, plastik, kulit, kain, kayu, atau kanvas.

Secara umum, cat air digunakan karena sifat transparansinya. Gouache adalah medium sejenis yang tidak transparan.

Hasil karya lukisan cat air biasanya bersifat sangat ekspresif, atau sebaliknya sangat impresif, tergantung teknik yang digunakan.

Lukisan cat air dimulai dari penemuan kertas di Tiongkok sekitar 100 M. Pada abad 12 bangsa Moor memperkenalkan kertas ke Spanyol dan kemudian menyebar ke Italia beberapa dekade berikutnya. Pabrik kertas tertua terletak di Fabriano, Italia yang didirikan tahun 1276, dan Arches, Perancis pada tahun 1492.

Teknik cat air menjadi terkenal di Eropa dengan sering digunakannya teknik fresko.

Lukisan cat air tertua yang pernah ditemukan dibuat oleh Raffaello Santi yang membuat kartun-kartun untuk desain gorden. Di Jerman, Albrecht Dürer membuat lukisan cat air pada abad 15. Sekolah lukisan cat air pertama dibuka oleh Hans Bol dan sangat dipengaruhi oleh karya-karya Dürer. Pelukis cat air terkenal lainnya adalah van Dyck, Thomas Gainsborough, dan John Constable. Paul Sandby dianggap bapak lukisan cat air Inggris Raya.

a. Bahan utama
Cat air dibuat dari pigmen halus atau serbuk warna (dye) yang dicampur dengan gum arabic sebagai bahan baku, serta gliserin atau madu untuk menambah kekentalan dan merekatkan warna ke permukaan.

b. Teknik penggunaan
Carl Larsson, The Christmas Eve, watercolor, (1904-1905).
Biasanya cat air digunakan dengan kuas lancip dan air yang berlebih, tetapi bisa pula dicampurkan dengan material lain. Biasanya akrilik atau collage. Cat air dengan campuran air berlebih menghasilkan warna yang terang dan segar. Warna ini dihasilkan oleh cahaya yang mampu menembus lapisan cat yang transparan.

Warna putih biasanya dihasilkan dari bagian-bagian yang tidak diberi lapisan cat. Sangat jarang lukisan yang sengaja memberikan lapisan putih dari cat air.

Cat warna terkenal karena butuh kesabaran yang tinggi. Teknik yang umum digunakan biasanya dihasilkan dari lapisan-lapisan yang saling ditimpakan setelah lapisan sebelumnya telah kering sehingga menghasilkan gradasi warna. Namun teknik lain wet-on-wet yang menimpakan warna di atas lapisan yang masih basah juga membutuhkan ketelitian tinggi untuk mendapatkan hasil maksimal. Resiko lainnya adalah kertas menjadi melengkung atau robek jika terlalu banyak air digunakan.

c. Kelebihan
Cat air memiliki kelebihan tidak berbau, mudah dibersihkan, dan mudah kering.


3. Cat minyak
Cat Minyak adalah cat yang terdiri atas partikel-partikel pigmen yang disuspensi dengan media minyak.

a. Sejarah
Cat minyak telah digunakan di Inggris pada Abad ke 13 untuk penghiasan sederhana. Tapi sampai Abad ke-15 belum di banyak gunakan untuk hal hal artistik. Penggunaan yang paling sering digunakan saat ini adalah untuk keperluan domestik, dimana ketahanan dan warnanya yang cerah membuatnya cocok untuk digunakan pada eksterior dan interior.

Sifat cat minyak yang lama keringnya telah diketahui oleh para pelukis awal. Namun kesulitan dalam mendapatkan dan bekerja dengan at minyak membuatnya jarang digunakan. Seiring dengan naiknya minat masyrakat terhadap Realisme, cat tempera yang cepat mengering menjadi tidak cocok.

Para seniman Flanders mencampur tempera dan cat minyak pada Abad ke-15, namun pada Abad ke-17, melukis murni dengan cat minyak menjadi lumrah.
Pemandangan di Delft dalam cat minyak, oleh Johannes Vermeer.

b. Karakteristik
Campuran minyak membuat cat jenis ini memberi efek pantulan cahaya yang cemerlang. Selain itu cat cenderung menggumpal sehingga memberikan efek tekstur yang mengesankan bila diolah dengan baik.

Membutuhkan waktu beberapa hari untuk membuat cat ini kering dengan sempurna. Selain itu bau yang dihasilkan tidak disukai sebagian orang. Dalam kurun waktu puluhan tahun, warna yang dihasilkan akan menjadi kekuningan.

Kelemahan-kelemahan ini membuat beberapa seniman berali kepada akrilik.


5.Konte
Konte atau dalam tulisan aslinya Conté, biasanya adalah istilah yang merujuk kepada pensil dan krayon merk Conté, sebuah medium menggambar yang terbuat dari bahan dasar bubuk grafit atau arang, dicampur lilin atau tanah liat yang kemudian dikompresi. Untuk bentuk pensil, bahan ini kemudian dilapisi kayu dengan bentuk persegi.

Namun bisa pula ditemui serbuk konte, yang biasanya diaplikasi ke atas kertas kasar dengan kuas lancip kering untuk memberikan warna yang bergradasi sangat halus.

a. Sejarah
Pensil dan krayon merk Conté ditemukan tahun 1795 oleh Nicolas-Jacques Conté, yang berusaha mengatasi masalah kekurangan grafit selama Perang Napoleon. Media ini kemudian diketahui memiliki kelebihan mudah diproduksi dalam banyak tipe kekerasan.

Krayon Conté.

Varian konte sanguine, digunakan oleh banyak perupa renaisans seperti Leonardo da Vinci.

5. Krayon
Krayon adalah peralatan gambar yang dibuat dari lilin berwarna, air, dan talk atau kapur. Krayon banyak digunakan oleh anak-anak untuk menggambar, dan seniman juga menggunakannya.

Salah satu merk krayon yang populer adalah Crayola.


6.Pastel
Pastel adalah serbuk yang direkatkan dengan arabic gum dan dibentuk menjadi batangan-batangan yang rapuh. Jika digosokkan ke kertas yang cukup kasar, ikatan tersebut akan lepas dan serbuk warna akan menempel ke kertas.

a. Sejarah
Penggunaan pastel pertama kali yang diketahui adalah oleh Leonardo da Vinci pada 1495.
Maurice Quentin de La Tour dan Rosalba Carriera dari abad 18 adalah pelukis yang dikenal baik dengan teknik pastelnya. Pada abad 19, pastel dipopulerkan oleh pelukis Perancis Edgar Degas . Mary Cassatt memperkenalkan media pastel kepada rekannya di Philadelphia and Washington, hingga ke seluruh Amerika Serikat.

Lukisan potret Louis XV oleh Maurice Quentin de La Tour, 1748

Pada abad 18 medium ini populer sekali dalam lukisan potret, dan digunakan pula dengan campuran teknik gouache. Pastel juga banyak juga digabungkan dengan media lain, kecuali cat minyak.

b. Karakteristik
Warna-warna pastel cemerlang, hampir menyamai cat minyak. Hanya saja kelemahannya adalah tidak menempel terlalu kuat. Sedikit getaran bisa merontokkan ikatan dengan kertas. Untuk itu biasanya diberikan fixative.

Commercial oil pastels.

Pastel memberikan warna yang sangat kuat jika dilapiskan di atas warna komplementernya. Namun menjadi sangat lemah jika ditimpakan di atas warna analogus. Selain itu warna-warna gelap menjadi tidak kuat jika ditimpkan di atas warna terang.

Sangat sulit untuk menghapus warna pastel secara sempurna. Biasanya yang dihasilkan dengan mengesekkan penghapus di atas pastel malah efek smudge.

Untuk mengatasi kelemahan pastel kapur konvensional, dikembangkan pula pastel minyak. Pastel ini merekat kuat di berbagai media, seperti kanvas, hardboard, atau tripleks.

c. Pelukis dengan media pastel
  1. Pelukis Indonesia
Sholihin
Kusnadi
Soenarto
Wardoyo
Zaini
Nashar
Mh. Ikshan
2. Pelukis luar negeri
Leonardo da Vinci
Maurice Quentin de La Tour
Rosalba Carriera
Larry Blovits
Wende Caporale
Tim Gaydos
Daniel Greene

7. Penghapus
8. Pensil
9. Tinta

Sumber. Wapedia: For Wikipedia on mobile phones

Aliran Seni Lukis

Aliran seni lukis
1. Realisme
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun
undefined

2. Surrealisme
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah Salvador Dali.



3. Kubisme
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.


4. Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.


5. Abstraksionisme
Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.


6. Ekspresionisme
Berusaha menampilkan emosional atau sensasi dari dalam di hubungkan dengan tragedi atau apa yang terjadi. Definisi lain adalah kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun menyatakan sensasidari dalam (baik objeknya maupun senimannya).


7. Impresionisme
Berusaha menampilkan kesan yang di tangkap dari objek. Yang menjadi masalah dalam hal teknik adalah Sebagian kaum impresionis sangat mementingkan warna yang di timbulkan oleh bias cahaya,namun akdemisi mementingkan garis.






8. Fauvisme
Nama faufisme diberikan oleh seoramg kritikus bernama LouisVauxceles yang terkejut melihat liarnya sekelompok artis muda yang sedang berpameran di salon d’Automne, tahun 1905. Menurut matisse yang menjadi tokoh dalam aliran ini, Faufisme adalah suatu reaksi terhadap post impressionime yang mempunyai tekni yanglamban dan lambat, dan jugamempunyai teoridevision yang kurang tepat. Aliran ini masih di pengaruhi oleh teorinya cezane tentang impressionisme. Bahwa tatanan warna masih harus mempunyai struktur yang kuat, yang di bangun hubungan interaksi antara warna-warna tertentu. Faufisme masih memakai teori initetapi lebih di kembangkan lagi, ialahbahwa warna-warna itu jika diamati, kemudianharus di padatkan lagi dan di olah lagi. Disamping itu juga menentukan sikap bahwa tidak ada pendahuluan secara teoritis terhadap warnaagar coco untuk suatu pembentukan objek. Tokoh yang terkenal dlam aliran ini adalah Matisse.



9. Naturalisme
Seni lukis yang sangat mengandalkan skil atau ketrampilan tangan sehingga hasilnya terlihat alami, persis seperti fotografi berwarna.


10. Dadaisme
Ciri khas dari karya dadaisme adalah sini dan tidak mau ilusi atau ketiadaan ilusi. Yang kemudian diungkapkan dalam bentukmain-main, mistis, sesuatu yang menimbulkan goncangan jiwa yang mendadak,juga ada tanda-tanda merusak yang telah ada, sesuai dengan sifat lingkungan perang.



• Beberapa Pelukis Indonesia antara lain sebagai berikut.* Affandi* AgusDjaya* BasukiAbdullah* DjokoPekik* Dullah* HendraGunawan* Jeihan* Kartika Affandi* Lee Man Fong* Otto Djaya* Popo Iskandar* Raden Saleh* S.Sudjojono* Srihadi* Sri Warso Wahono



Minggu, 15 Agustus 2010

estetika

KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni

1. Pengantar Tentang Kelompok Keahlian Estetika dan Ilmu-ilmu Seni

Kelompok Keahlian Estetika dan Ilmu-ilmu Seni (Aesthetics and The Sciences of Arts) adalah kelompok keahlian yang melingkupi wilayah kajian yang lebih bersifat keilmuan - dan berkaitan dengan praktik seni rupa - ia menjadi penafsir dan penjelas fenomena kehidupan seni rupa. Tercakup dalam kelompok keahlian ini adalah wilayah keilmuan Sejarah Seni, Estetika, Kritik Seni, Antropologi Seni, Sosiologi Seni, Psikologi Seni, Filsafat Seni, dan Manajemen Seni yang selama ini telah mapan. Selain itu, keilmuan lain yang sangat terkait dengan seni rupa dan mulai di rintis adalah Semiotika dan Hermeneutika. Bila KK Seni Rupa lebih terkait dengan profesi kesenimanan, maka KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni banyak bergerak dalam wilayah keprofesian lainnya, seperti kritikus, sejarawan seni, kurator, dosen, manajer seni dan ahli konsevarsi seni.Menimbang aspek penelitian dan pemberdayaan masyarakat, KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni tidak hanya bergerak dalam wilayah teoritik semata. Kajian yang bersifat lintas disiplin menjadi salah satu kunci penting. Kecenderungan semacam ini dapat dilihat dari banyaknya kajian yang membahas fenemona seni rupa dari berbagai sudut pandang dan pendekatan, seperti teori gender dan teori poskolonial. Selain itu, seni rupa saat ini telah menjadi wilayah kajian menarik karena ia tidak terlepas dari konteks ruang dan waktu di mana ia berada. Hal inilah yang menyebabkan seni rupa menjadi wilayah kajian strategis sebab bisa menjadi bagian dari wacana kultural. Contoh semacam ini tampak dalam fenomena seni rupa dewasa ini yang sangat lekat dengan wacana identitas kultural. Wilayah strategis ini menjadi tantangan bagi KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni dalam mengidentifikasi persoalan identitas kultural Indonesia di tengah iklim dunia di masa globalisasi. Antisipasi terhadap kenyataan inilah yang menjadi pertimbangan KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni dalam mengembangkan proyeksi kepakaran dan program-program penelitiannya. Di sisi lain, aspek yang terkait dengan wilayah pemberdayaan masyarakat dalam KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni dapat dilihat misalnya dalam Psikologi Seni yang berhubungan dengan seni sebagai terapi, atau dalam wilayah pendidikan seni sebagai ruang pembentukan kreativitas.
Staf Pengajar Kelompok Keahlian Estetika dan Ilmu-Ilmu Seni1. Dr.Yustiono (Ketua)2. Dr.Subarna3. Dra.Umajah Dachlan4. Drs.Lengganu5. Dra.Nuning Y.Damayanti,Dipl.Art.6. Ira Adriati, M.Sn.7. Irma Damayanti, M.Sn.8. Drs.Rizki Akhmad Zaelani9. Aminudin TH.Siregar, S.Sn.10. Drs. Pindi Setiawan, M.Si11. Agus Cahyana, M.Sn12. Agung Hujatnika, S.Sn
2. Catatan Tentang Makna dan Lingkup dari Bidang Estetika dan Ilmu- ilmu Seni
Estetika adalah disiplin yang baru di Indonesia. Hingga kini masih sedikit tulisan-tulisan yang berkaitan dengan bidang ini. Beberapa buku tentang Estetika yang bersifat pengantar memang bermunculan pada tahun-tahun belakangan ini, tapi isinya terlalu umum bagi mereka yang memiliki minat kuat menerapkan estetika dalam penelitian seni. Istilah estetika itu kita adaptasi dari kata `aesthetics’ bahasa Inggris. Kata itu dalam tradisi bahasa Inggris juga sesuatu yang baru, diperkenalkan di sekitar 1830 (lihat T.J. Diffey, A Note on Some Meaning of The Term `Aesthetic ‘ dalam `British Journal of Aesthetics Vol. 35, No_ 1, January,1995). Filosof yang pertama kali mempromosikan kata itu adalah Alexander Baumgarten (1714 - 1762), seorang filosof Mazhab Leibnitio-Wolfian Jerman dalam karyanya, Meditationes (1735).Dalam hal ini, perlu dibedakan arti kata yang dalam penggunaan di tingkat akademis sering dipercampurkan, yaitu kata sifat ‘aesthetic’’ diterjemahkan menjadi estetik dan kata benda ‘aesthetics’ diindonesiakan menjadi estetika. Kata ‘aesthetic’, asalnya dari bahasa Yunani, ‘aesthetikos’ berarti `sesuatu yang dapat diserap ‘indera’, atau berkaitan dengan persepsi penginderaan, pemahaman, dan perasaan, lawan katanya yang lebih populer dalam penggunaan di dunia kedokteran adalah ‘anaesthetic’ , anestetik atau patirasa. Jadi, estetik adalah cara mengetahui melalui indera yang mendasar bagi kehidupan dan perkembangan kesadaran. Meskipun demikian, makna inderawi dari kata estetik dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini semakin jarang dipakai. Kata estetik pada umumnya dikaitkan dengan makna ‘citarasa yang baik, keindahan dan artistik, maka estetika adalah disiplin yang menjadikan estetik sebagai objeknya. Estetika, dalam tradisi intelektual, umumnya dipahami sebagai salah satu cabang filsafat yang membahas seni dan objek estetik lainnya. Dalam hal ini Louis Arnaud Reid memberikan batasan estetika filosofis sebagai disiplin yang mengkaji makna istilah-istilah dan konsep-konsep yang berkenaan dengan seni. Cara kerja estetika filosofis dalam pemahaman Reid, pertama, menggali makna istilah dan konsep yang berkaitan dengan seni; kedua menganalisis secara kritis dan mencoba memperjelas kerancuan bahasa dan konsep-konsep; ketiga, memikirkan segala sesuatu secara koheren, sehingga, meskipun estetika memiliki sisi analitis dan sisi kritis, ia bertujuan untuk membangun suatu struktur gagasan positif yang memungkinkan beragam bagian memiliki keterpaduan yang utuh. Meskipun kata ‘estetika’ itu baru diperkenalkan pada tahun 1735 oleh Baumgarten, bukan berarti bahwa estetika bermula dari masa itu. Estetika filosofis yang menjadi padanan kata filsafat seni bermula semenjak lahirnya filsafat dalam sejarah kemanusiaan. Hingga kini estetika atau filsafat seni telah membentuk akumulasi pengetahuan filosofis yang luas dan beragam. Ruang lingkup bahasan estetika filosofis mencakup berbagai segi seperti definisi seni, fungsi seni, dasar landasan keunggulan artistik, proses kreasi, apresiasi, dan prinsip-prinsip penilaian estetik.Pendekatan estetika filosofis bersifat spekulatif, artinya dalam upaya menjawab permasalahan tidak jarang melampaui hal-hal yang empiris dan mengandalkan kemampuan logika atau proses mental. Estetika filosofis juga tidak membatasi objek permasalahan seperti halnya estetika keilmuan yang membatasi objek penelitiannya pada kenyataan-kenyataan yang dapat diindera. Secara mendasar estetika filosofis mencoba mencari jawaban tentang hakekat dan asas dari keindahan atau fenomena estetik. Dalam hal ini jawaban-jawaban dari pertanyaan itu dari para filosof dapat dikelompokkan dalam dua aliran besar, yaitu golongan filsafat Idealistis dan golongan filsafat Materialistis. Jawaban-jawaban para filosof dapat ditelusuri berasal dari gambaran-gambaran fikiran atau konsep-konsep. Plato yang dikenal sebagai tokoh filosof ldealisme, misalnya mengajukan konsep bahwa hakekat kenyataan itu adalah Idea (Bentuk). Pemahaman ini didasari oleh anggapan bahwa alam merupakan suatu kenyataan yang tidak sempurna, dapat rusak dan musnah, sehingga menurut Plato alam bukan kenyataan yang sesungguhnya, karena Realitas mestinya bersifat sempurna dan abadi, dan itu hanya ditemui pada kenyataan Idea. Bagi Plato, seni adalah tiruan (Imitasi) dari kenyataan Idea. Sebagai contoh Plato menunjuk tempat tidur yang dibuat oleh tukang kayu dan pelukis melukis tempat tidur yang dibuat oleh tukang kayu. Dalam hal ini lukisan merupakan tiruan dari tiruan, karena tukang kayu membuat tempat tidur berdasar pada Idea tentang tempat tidur yang merupakan Realitas Pertama, sedangkan pelukis justru meniru objek tempat tidur yang dibuat oleh tukang kayu yang merupakan Realitas Kedua. Tidak mengherankan Plato memberikan status yang rendah tentang posisi seni dalam hubungannya dengan Realitas. Menurut Plato seni tidak dapat diandalkan sebagai sumber pengetahuan Realitas. Pandangan ini sedikit berbeda dengan pemahaman Aristoteles yang juga meyakini bahwa seni adalah imitasi, tetapi karena proses imitasi itu melibatkan kemampuan akal dan roh manusia maka hasil karya seni memiliki keandalan yang sama sebagai sumber pengetahuan sebagaimana halnya kenyataan alam. Lebih jauh, Plotinus menafsirkan bahwa karya seni memiliki posisi yang lebih tinggi sebagai sumber pengetahuan dibanding alam karena dalam proses penciptaannya karya seni melibatkan unsur roh ketuhanan yang dimiliki manusia. Dalam tradisi seni Barat, ajaran seni sebagai Imitasi memiliki dampak yang luas dan panjang, seperti nampak pada dominasi gaya Realisme.Di luar pemahaman seni sebagai Imitasi, estetika filosofis memiliki puluhan jawaban tentang hakekat seni dan keindahan. Melvin Rader, dalam bukunya A Modern Book of Esthetics menunjuk berbagai pengertian seni : seni sebagai Bentuk, Ekspresi, Ilusi, Jarak Estetik, Main, Kesenangan, Simbol, Keindahan, Emosi, Fungsi, Penyadaran dan lain sebagainya. Dalam konteks penelitian, metodologi atau pendekatan dalam estetika filosofis yang cenderung spekulatif dianggap tidak memenuhi standar penelitian ilmiah. Dalam hal ini, kita dapat melangkah pada pembahasan estetika yang lain yaitu estetika yang bersifat keilmuan. Terutama pada akhir abad 19 dan awal abad 20 berbagai cabang ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial mulai mengarahkan minat pada fenomena seni sehingga secara berturut-turut dapat ditunjuk pertumbuhan sub-disiplin seperti Sejarah Seni, Antropologi Seni, Psikologi Seni, Sosiologi Seni, Manajemen Seni. Cabang-cabang disiplin ini selain disebut sebagai Estetika Keilmuan, juga sering disebut dengan ilmu-ilmu seni. Estetika keilmuan atau ilmu-ilmu seni ini dalam pendekatannya bersifat empiris dan mengikuti tahap-tahap penelitian ilmiah seperti observasi, klasifikasi data, pengajuan hipotesis, eksperimen, analisis, dan penyimpulan teori atau dalil. Selain itu, pendekatan empiris pada karya seni melahirkan disiplin lain mencakup kritik seni, morfologi estetik, dan semiotik.Pengertian ‘llmu’ yang dipakai dalam konteks estetika keilmuan bukan dalam pengertian yang eksak sebagaimana ilmu alam. Thomas Munro seorang perintis dalam perkembangan estetika keilmuan memberikan suatu pandangan yang lebih konstruktif tentang arti kata ilmu sebagai cara berfikir yang secara berangsur berkembang dalam satu lapangan fenomena. Dalam hal ini, Munro mengartikan ilmu sebagai suatu cabang studi yang berkenaan dengan observasi dan klasifikasi fakta, khususnya dengan penetapan hukum-hukum yang teruji baik melalui induksi maupun hipotesis atau secara khusus, ilmu berarti pengetahuan yang disepakati dan terakumulasi serta disusun dan dirumuskan dengan merujuk kepada pendapatan kebenaran umum atau gerak hukum umum. Arti ilmu seperti ini memberi tempat bagi berkembangnya ilmu-ilmu seni, seperti Sejarah Seni, Antropologi Seni, Sosiologi Seni, Psikologi Seni dan lain sebagainya. Lebih jauh estetika keilmuan hendaknya tidak dipahami sebagai suatu subjek yang bertujuan menegakkan hukum universal tentang keindahan dan cita rasa yang baik yang dapat berlaku untuk semua orang, ataupun untuk membuktikan hendaknya seseorang memilih satu jenis seni dari yang lain. Dengan demikian ilmu-ilmu seni lebih dekat berada pada pengertian ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu-ilmu sosial.
Bagan Ruang Lingkup Estetika dan Ilmu-Ilmu Seni

Seperti yang dapat dilihat pada bagan yang diatas, estetika empiris atau estetika keilmuan digolongkan ke dalam 2 kelompok. Kelompok yang pertama tertuju pada karya seni sebagai objek pengetahuan dan mencakup Kritik Seni, Morfologi Estetik, Semiotika, Teknologi Seni dan Metodologi (Penciptaan) Seni. Sedangkan pada kelompok yang kedua dengan fokus objek pada kegiatan manusia dan seni, yang meliputi Sejarah Seni, Antropologi Seni, Sosiologi Seni, Psikologi Seni dan Manajemen Seni. Apabila di daerah asalnya yaitu negara Barat estetika keilmuan tergolong sebagai suatu disiplin yang masih baru berkembang, sekitar awal abad ke-20an, maka di Dunia Ketiga dan Indonesia pada khususnya, bidang estetika, baik yang filosofis maupun keilmuan masih dalam taraf pengenalan. Di perguruan tinggi filsafat ataupun ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial disiplin ini belum banyak berkembang. Begitu juga di perguruan tinggi seni di Indonesia, pertumbuhan dan perkembangan estetika masih pada tahap permulaan. Kuliah-kuliah tentang estetika filosofis misalnya telah masuk dalam kurikulum di lembaga pendidikan tinggi seni pada masa 1970-an, termasuk Kritik Seni dan Tinjauan Seni. Di Departemen Seni Rupa ITB misalnya pengajaran mata kuliah Antropologi Seni, Sosiologi Seni, dan Psikologi Seni baru diadakan pada dekade 1990-an. Pembentukan kelompok keahlian Estetika dan Ilmu-ilmu Seni baru terlaksana pada periode itu.Salah satu disiplin estetika empiris yang telah lama dipraktekkan di Indonesia adalah Kritik Seni. Bidang ini telah muncul pada awal lahirnya seni rupa modern pada dasawarsa 1930-an ketika Sudjojono yang juga seorang pelukis dan pendiri Persagi pada 1938 aktif menulis kritik terhadap peristiwa-peristiwa pameran pada masa itu. Sesudah masa kemerdekaan tradisi kritik seni dalam bidang seni rupa diteruskan oleh tokoh-tokoh seperti Trisno Sumardjo, Kusnadi, Sitor Situmorang, dan pada periode 1970an muncul Sudarmaji, Sanento Yuliman, Agus Dermawan dan sebagainya. Diantara nama-nama kritikus di atas yang secara konsisten menulis kritik dengan pendekatan empiris dan diakui integritasnya adalah Sanento Yuliman. Sementara itu, di bidang Morfologi Estetik dan Semiotika masih belum berkembang secara berarti. Pada kelompok yang menyangkut interelasi kegiatan manusia dan seni, bidang yang relatif lebih berkembang adalah Sejarah Seni. Penelitian-penelitian tentang Sejarah Seni Rupa Indonesia baik periode masa lalu maupun masa kini cukup banyak dilakukan, bahkan bersamaan dengan pertumbuhan galeri dan meningkatnya frekuensi pameran karya seni serta penyerapan karya seni oleh para kolektor, para seniman baik yang senior maupun yang masih muda berinisiatif untuk menerbitkan buku-buku yang berkonotasi biografis kesejarahan. Begitu juga penelitian sejarah seni yang terkait dengan penulisan skripsi, tesis, ataupun disertasi cukup banyak dilakukan. Bersama dengan itu dibukanya berbagai perkuliahan Antropologi Seni, Sosiologi Seni, dan Psikologi Seni pada strata S1 mendorong minat bagi penelitian-penelitian di bidang itu.
Website KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More