tag:blogger.com,1999:blog-53305495537174893222024-02-07T18:31:10.942+09:00SENI RUPAseni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-53664666376175453732021-12-07T15:15:00.004+09:002021-12-07T15:15:53.699+09:001.3.a.4.2 Konsep Inquiri Apresiatif<p> <span style="background-color: white; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px;">Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif berbasis kekuatan positif melalui tahapan pertanyaan yang tersusun balam bahasa Indonesi disebut BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil Pelajaran,Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).</span></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Berbicara tentang kekuatan dan hal positif paradigma inkuiri apresiatif sangat sesuai dan sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa anak hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri baik kodrat alam maupun kodrat zaman. Pendekatan paradigma inkuiri apresiatif sejatinya adalah menggali potensi setiap anak didik sesuai bakat dan kodratnya masing masing. Sehingga paradigma ini bisa menjadi salah satu metode untuk mencapai visi Ki Hajar Dewantara.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Melalui pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan metode BAGJA maka peran penting guru dalam mewujudkan merdeka belajar yaitu: menuntun dimana focus pembelajarannya berpihak pada murid, menggali potensi, memberikan pembelajaran yang bermakna bermakna guna membekali nereka dalam menghadapi kehidupan.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Langkah konkrit yang dapat kita lakukan dalam pendekatan IA model BAGJA antara lain: Memahami kekuatan positif sekolah yang sudah ada, menyusun visi sesuai pendekatan IA, menginventaris hambatan yang muncul dan solusi bersama dengan musyawarah, melakukan kerja sama dengan berbagai pihak dan stakeholder yang terlibat dalam pendidikan dengan baik. Agar apa yang menjadi visi kita dapat terwujud dengan baik. Menjalankan perubahan positif di sekolah tidaklah mudah, karena suatu perubahan perlu adanya dukungan dan kerjasama yang baik dari semua pihak dan upaya yang tetap konsisten dari sekolah dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah untuk terus melakukan inovasi dan selalu terbuka terhadap setiap perubahan kearah yang lebih baik.</p><p id="yui_3_17_2_1_1638857673888_27" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Selain dari pada itu kita harus mengetahui tingkat perkembangan peserta didik ,In<span style="box-sizing: border-box;">formasi penting yang dapat membantu saya dalam menjalankan peran sebagai guru penggerak kelak adalah adanya informasi penting tentang model pendekatan yang bisa diterapkan salah satunya Inkuiri Apresiatif dengan metode BAGJA yang akan menciptakan ekosistem perubahan, Informasi tentang kekuatan yang perlu dikembangkan dan hambatan yang perlu segera dicari solusinya yang ada di sekolah. Strategi dan model pembelajaran yang berpihak pada murid. Sehingga peran sebagai guru penggerak dapat maksimal.</span></p>seni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-4406497865386937962021-12-07T15:09:00.001+09:002021-12-07T15:09:25.958+09:001.2.a.9. Koneksi Antar Materi - - Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Nilai Nilai dan Peran Guru Pengerak<p> <span style="background-color: white; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px;">Setelah membaca modul 1.2 saya mencoba mengambil kesimpulan mengenai nilai dan peran guru penggerak. Seorang guru pengerak harus memiliki nilai diri yaitu Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, dan berpihak pada siswa. Nilai seorang guru pengerak di mulai dari dirinya sendiri pada akhirnya mengimbas pada orang disekelilingnya. kemampuan dalam mengembangkan diri sendiri, mengevaluasi, berkerjasama, menemukan hal yang baru dan mengali potensi peserta didik dengan karakteristik yang berbeda. Bila Nilai tersebut telah dimiliki oleh seorang guru penggerak maka sangat penting untuk mampu menjalankan peran sebagai guru penggerak yaitu sebagai pemimpin pembelajaran, menjadi coach/mentor bagi guru lain, menggerakkan komunitas sekolah dan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid.</span></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Bila kita mengkaitkan antara nilai dan peran Guru Penggerak dengan Filosofi Ki Hadjar Dewantara sangatlah relevan dimana filosofi Ki Hajar Dewantara dimana menitikberatkan pada potensi kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam guru harus senantiasa Madiri (mengembangkan potensi dirinya sebagai sebuah tanggung jawab atas dirinya sendiri) dan Reflektif (mengevaluasi yang telah dilakukan maupun orang lain lakukan apa yang telah baik dan apa yang perlu dikembangkan). Kodrat zaman guru dapat menerapkan nilai Inovati, Kolaboratif dan berpihak pada peserta didik.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;"></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Adapun strategi yang saya miliki untuk mencapai nilai tersebut adalah :</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;"></p><ul style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-inline-start: 0.2rem; margin-top: 0px; padding-left: 1rem;"><li style="box-sizing: border-box;">Mandiri : belajar dan melakukan sesuatu secara mandiri, memiliki inisiatif diri untuk maju dan berkembang.</li><li style="box-sizing: border-box;"><span style="box-sizing: border-box; font-size: 0.9375rem;">Reflektif : melakukan refleksi setelah mengajar yaitu menganalisis kelebihan dan kekurangan apa yang harus ditambahkan atau diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta belajar dari pengalaman teman sejawat.</span></li><li style="box-sizing: border-box;">Kolaboratif : melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat, mengajak bersama-sama untuk memeningkatan kompetensi sebagai guru.</li><li style="box-sizing: border-box;">Inovatif : menciptakan sesuatu yang baru seperti metode pembelajaran utnuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi peserta siswa.</li><li style="box-sizing: border-box;">Berpusat pada murid : menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid. Guru dapat membuat desain pembelajaran bertema merdeka belajar. Guru mengali potensi peserta didik sehingga mereka dapat menyelesaian permasalahannya sehingga mereka memiliki karakter beriman, mandiri, bergotong royong, berkebhinekaan, bernalar kritis dan kreatif</li></ul><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;"></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Adapun pihak yang terlibat dalam membantu pencapaian tentang nilai diri dan peran guru penggerak diantaranya ada kepala sekolah sebagai penanggung jawab, rekan sejawat sebagai mitra untuk berkolaborasi, siswa sebagai subjek untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, orang tua siswa sebagai pendukung yaitu menjadi mitra bagi guru dalam rangka mensukseskan program yang akan dirancang oleh guru untuk peningkatan hasil belajar peserta didik.</p><p id="yui_3_17_2_1_1638857278687_28" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Terima kasih</p>seni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-81171298319362844102021-12-07T14:02:00.001+09:002021-12-07T14:05:40.048+09:001.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara<p> <span style="background-color: white; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px;">Ki Hajar dewantara adalah bapak pendidikan Indonesia dalam pandangannya, tujuan pendidikan adalah memajukan bangsa secara menyeluruh tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial serta didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan sejati degan memperhatikan kodrat anak.</span></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Pendidikan di Indonesia seyogianya memberikan rasa aman, menyenangkan, tenang, dan memberikan rasa bahagia sehingga siswa tanpa paksaan dan secara alamiah memahami ilmu pengetahuan dengan maksimal dengan memperhatikan perkembangan zamannya.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Bentuk penyampaiannya melalui <i style="box-sizing: border-box;">Sistem Among</i> (sistem pengajaran) dan <i style="box-sizing: border-box;">Kodrat Alam </i>(kehendak alam) istilah <i style="box-sizing: border-box;">Among Methode</i> atau sistem amongmempun yai pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. <i style="box-sizing: border-box;">(momong)</i> disebut Pamong, yang mempunyai kepandaian dan pengalaman lebih dari yang diamong. Pendidik/guru disebut pamong yang bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu. Tujuan sistem among membangun anak didik menjadi manusia beriman dan bertakwa, merdeka lahir batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani rohani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya seperti yang di amanatkan dalam pembukaan UUD 1945.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Penerapan sistem among dalam pendidikan yaitu berpusat pada anak (<i style="box-sizing: border-box;">student centered</i>.) sedangkan kodrat alam adalah perwujudan dari kekuasaan Tuhan yang mengandung arti, bahwa pada hakekatnya manusia sebagai mahluk Tuhan adalah satu dengan alam lain. </p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Sebagai ilustrasi peserta didik bagaikan benih dan guru sebagai petani, seorang petani tidak akan dapat mengubah benih padi menjadi tumbuh jagung, tapi bagaimana guru dapat mengeklorasi media benih tersebut agar tumbuh kembangnya dapat semaksimal mungkin.<span style="box-sizing: border-box; font-size: 0.9375rem;"> </span></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Memasuki abad 21 kemajuan teknologi telah mempengaruhi berbagai sendi kehidupan, termasuk pendidikan. Oleh sebab itu, perlu kiranya kita mempersiapkan generasi penerus bangsa sesuai dengan kebutuhan zamannya. </p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Pengaruh perubahan budaya harus kita sikapi peningkatan dan pemahaman mengenai multiliterasi dengan menjiwai nilai nilai luhur pancasila sehingga pada akhirnya mencapai tujuan merdeka lahir dan batin.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Berdasarkan hal di atas nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam perspektif pendidikan multiliterasi merupakan suatu wujud nyata dalam menyongsong pendidikan Indonesia agar kelak Indonesia mampu mewujudkan cita citanya yakni menciptakan generasi emas</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Pemikiran pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat relevan hingga saat ini dengan slogannya, ing ngarso sing tulodho, ing madyo mangun karsa, Tut wuri handayani.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Di depan guru dapat menjadi panutan dengan kata lain dapat memberi contoh yang baik peserta didik dalam berbagai dimensi, sebagai peribahasa “guru kencing berdiri, peserta didik kencing berlari yang artinya:</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">1. <span dir="ltr" style="box-sizing: border-box;"></span>murid biasanya bulat-bulat mencontoh gurunya, maka guru sebaiknya jangan memberikan contoh yang buruk.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">2. <span dir="ltr" style="box-sizing: border-box;"></span>menjadi tokoh panutan di masyarakat/pejabat negeri hendaknya jangan sampai memberi contoh yang buruk.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">3. <span dir="ltr" style="box-sizing: border-box;"></span>jika seorang pemimpin berbuat buruk, maka pengikut-pengikutnya akan berbuat lebih buruk daripada yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Di era sekarang ini hampir tidak zamannya seorang pendidik membatasi diri atau mengangap peserta didik mahluk yang lebih rendah </p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Ing madya mangun karsa memberikan penjelasan kepada seorang pendidik mengenai rambu-rambu kepada kita bahwa sebagai guru harus mampu tampil sebagai sosok teman atau sahabat yang baik ditengah-tengah siswa. Seorang teman atau sahabat akan mengerti permasalahan yang dihadapi temannya. Apabila itu terlaksana dalam pendidikan kita maka pastilah anak akan mengeluarkan energi yang positif demi mengembangkan kompetensinya.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Selayaknyalah seorang guru harus senantiasa memberikan motivasi positif kepada seluruh siswanya. Hakikatnya manusia mempunyai kebutuhan lain, yakni salah satunya adalah motivasi. Guru harus mampu membangkitkan semangat dan gairah siswa demi mewujudkan asa dan cita-citanya. Artinya bahwa seorang guru seyogianya mampu memberikan stimulus - stimulus positif kepada siswa sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Guru membantu siswa untuk menemukan, mengembangkan dan mencoba mempraktikkan kemampuan kemampuan yang mereka miliki <i style="box-sizing: border-box;">(the learners-centered teaching)</i><i style="box-sizing: border-box;"></i></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Berdasarkan pemaparan di atas mengenai slogan <i style="box-sizing: border-box;">Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani</i></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Dari sudut pandang isinya mengandung enam unsur profil yang hendak di capai yaitu: 1) pendidikan kebebasan (merdeka), 2) pendidikan kemanusiaan (humanisme), 3) pendidikan spiritual (kodrat alam), 4) pendidikan budi pekerti, 5) pendidikan sosial (kekeluargaan) dan 6) pendidikan kepemimpinan (Tut Wuri Handayani)</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;"><img alt="Sumber Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan" class="img-responsive atto_image_button_left" height="157" src="https://lms21-gp.simpkb.id/pluginfile.php/135342/mod_forum/post/122084/profil-pelajar-pancasila%20%282%29.png" style="border-style: none; box-sizing: border-box; float: left; height: auto; margin: 0px 0.5em 0px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle;" width="300" /><br style="box-sizing: border-box;" /></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Dari pemaparan mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara kita dapat merefleksikan/mengevaluasi diri sendiri dalam kaitannya saya sebagai pendidik selama ini saya maksimal dalam mengenal potensi yang dimiliki peserta didik dalam hal ini peserta didik bagaikan kertas putih adalah salah karena kodratnya mereka telah memiliki potensi – potensi yang perlu dikembangakan jangan sampai kita memaksakan kehendak yang kita miliki kepada peserta didik padahal hal tersebut belum tentu sesuai dengan karakter peserta didik, sehingga mereka tidak bisa bereksplorasi berkaitan dengan potensi dirinnya.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Sekolah tidak bisa berdiri sendiri dalam menumbuhkembangkan kodrad anak perlu adanya kolaborasi antara keluarga dan masyarakat, orang tua tidak bisa memasrahkan sepenuhnya kepada sekolah karena waktu terbanyak dan berinteraksi berada di lingkungan keluarga dan masyarakat.</p><p id="yui_3_17_2_1_1638853262366_20" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #343a40; font-family: Poppins, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1rem; margin-top: 0px;">Setelah mempelajari konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara hal akan saya pahami terlebih dahulu mengenal karakteristik peserta didik, menyesuaikan penyampaian materi dengan karakter peserta didik, menuntun dan selalu memberi motivasi kepada peserta didik sehingga peserta didik memiliki motivasi dan semangat belajar yang dicita citakan Ki Hajar Dewantara dengan memegang teguh nilai nilai luhur Pancasila.</p>seni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-86780238983083497002021-04-06T01:50:00.001+09:002021-04-06T01:50:19.351+09:00Menggambar Bentuk<h3 class="post-title entry-title">
Menggambar Bentuk
</h3>
<div class="post-header">
</div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRz9YGy_Y0_Ooz-PQU4WA5p8eTSxHIN0Q4zCoaxqopTfonkN8i_sm6rcbzgN4x8XqRzSaAVFfnH4I0f0jIlNQ3y8izYTDXXVbtzpEweSez5hCCxLNmMWDSz2W-hC33kBaEQ2CRHFDwQKc/s1600-h/BAMBAR+BENTUK+1.JPG"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5339033328527626290" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRz9YGy_Y0_Ooz-PQU4WA5p8eTSxHIN0Q4zCoaxqopTfonkN8i_sm6rcbzgN4x8XqRzSaAVFfnH4I0f0jIlNQ3y8izYTDXXVbtzpEweSez5hCCxLNmMWDSz2W-hC33kBaEQ2CRHFDwQKc/s400/BAMBAR+BENTUK+1.JPG" style="cursor: pointer; display: block; height: 400px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 298px;" /></a>
<br /><div style="text-align: center;">
<span style="font-weight: bold;">Untuk
materi pendidikan seni rupa berikutnya adalah Menggambar Bentuk. Bahan
dan alat yang harus dipersiapkan yang adalah kertas gambar dan pensil
yang lunak 2B, 3B atau konte.</span>
<br />
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2vTS4W71LXjjhIa0vv7hrez4IZTvntccsXKuAOl8LUklTTPLZw4fzYuepOOdB4jb3Kbrj2-oX3DcsdaqWhMkebFq7br8wwWDzRNM0_O6t1X0LQGpxiFL-EpHY694D_IEq0fbFk7sqlAs/s1600-h/arsi+teko.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334574253404609586" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2vTS4W71LXjjhIa0vv7hrez4IZTvntccsXKuAOl8LUklTTPLZw4fzYuepOOdB4jb3Kbrj2-oX3DcsdaqWhMkebFq7br8wwWDzRNM0_O6t1X0LQGpxiFL-EpHY694D_IEq0fbFk7sqlAs/s320/arsi+teko.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 222px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a>
<br />
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHxMx_GwljNs-SM4FBHHB0ZW2PMyOQZusBIUTp5NFA1c4R3KE2ZyCW0TwazZLHGZxLbwTBy5N7aF03d9_eigdrfbUYn9lHrTUdSZGCl3URP6XQLtdj8BQ5ClYb_gnUiKp8b6sEl-Xu5ac/s1600-h/arsir+teko+2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5335060661703226306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHxMx_GwljNs-SM4FBHHB0ZW2PMyOQZusBIUTp5NFA1c4R3KE2ZyCW0TwazZLHGZxLbwTBy5N7aF03d9_eigdrfbUYn9lHrTUdSZGCl3URP6XQLtdj8BQ5ClYb_gnUiKp8b6sEl-Xu5ac/s400/arsir+teko+2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 214px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDuvHyZj4MtnY6_OXrQPwSfJ_-hefEYKzHftIEhoPXeaaPHGKe-hCGnbgcRsP_2t8krrukRdnjDR-srXzURJwzVPY4RbknEEObDeYJps_xf_xiNMyb1WvY9EIJ8yZgJmRmbMww41kq0WU/s1600-h/arsir+teko3.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334574257716672594" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDuvHyZj4MtnY6_OXrQPwSfJ_-hefEYKzHftIEhoPXeaaPHGKe-hCGnbgcRsP_2t8krrukRdnjDR-srXzURJwzVPY4RbknEEObDeYJps_xf_xiNMyb1WvY9EIJ8yZgJmRmbMww41kq0WU/s320/arsir+teko3.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 210px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a>
<br />
</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2ShWdYtGuaj5Ah3ZzyFzgrR7sCVYPesnCkUmwpm7eOJML-gMfYeNOFxx_ZxQng6K_iVHYxmvA8RBHTQHdAgmAjv5nyXr5QaqeGP_DsnkLOMnW6Ltu79Ip_TCpYAURFH0N6EUe2Nbbato/s1600-h/arsir+teko+4.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334574262709680898" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2ShWdYtGuaj5Ah3ZzyFzgrR7sCVYPesnCkUmwpm7eOJML-gMfYeNOFxx_ZxQng6K_iVHYxmvA8RBHTQHdAgmAjv5nyXr5QaqeGP_DsnkLOMnW6Ltu79Ip_TCpYAURFH0N6EUe2Nbbato/s320/arsir+teko+4.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 211px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a>
<br /><div class="post-body entry-content" id="post-body-167572775188477278">
<style>
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal { margin: 0cm 0cm 0.0001pt; font-size: 12pt; font-family: "Times New Roman"; }div.Section1 { page: Section1; }
</style> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 63pt;">
<br /><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IN">1.</span></b><span lang="IN"> <b>Menggambar Bentuk.</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 72pt;">
<span lang="IN">Menggambar
Bentuk adalah memindahkan objek/benda-benda yang ada disekitar kita
dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya, </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">menurut arah pandang dan cahaya yang ada.<a href="" name="_ftnref11"></a></span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Menggambar
bentuk adalah memindahkan objek/benda-benda yang ada disekitar kita
dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang
dan cahaya yang ada. </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Menurut
Dr. Cut Kamaril WS. Menggambar Bentuk merupakan usaha mengungkapkan dan
mengkomunikasikan ide/gagasan, perasaan dalam wujud dwi matra yang
bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna.<a href="" name="_ftnref12"></a></span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt;">
<span lang="IN">Ungkapan
tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar. Hasil gambarnya
menunjukkan kreativitas maupun keterampilan penggambar dalam menampilkan
ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar.</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt;">
<span lang="IN">Dalam
menggambar bentuk dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar. Oleh
sebab itu, diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk
yakni proporsi atau ukuran perbandingan dan ketepatan barik/tekstur yang
menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut. Bagi orang yang pandai
menggambar dapat menggambar langsung dengan tepat apa yang digambar.
Bagi orang yang masih belajar perlu mengetahui dasar-dasar proporsi
tersebut, dengan menggunakan garis-garis pertolongan untuk membagi-bagi
bentuk benda dalam ukuran perbandingan tertentu supaya gambarnya tepat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN">
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Hakikat Menggambar</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu.<a href="" name="_ftnref5"></a> </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Kata
menggambar atau kegiatan menggambar dapat diartikan sebagai memindahkan
satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan emosi,
perasaan dan karakter penggambarnya.<a href="" name="_ftnref6"></a> </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="IN"> </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">
Pemindahan ini dalam pengertian pemindahan bentuk atau rupa dengan
memperkecil atau memperbesar ukuran keseluruhan yang untuk kepentingan
tertentu dapat juga mempergunakan skala perbandingan (perbandingan
ukuran) secara akurat.</span><span lang="SV"></span></div>
<span lang="IN"></span><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN">
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN">Jenis-jenis pensil/potlot untuk menggambar</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Menggambar dimulai dengan memilih jenis kertas yang cocok,
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">disesuaikan dengan media pensil/potlot. </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<b><i><span lang="IN">Potlot</span></i></b><b><span lang="IN"> </span></b><span lang="IN">adalah
alat yang lembut, tidak banyak memeberikan kedalaman, tingkat
kekerasannya bermacam-macam; untuk permulaan gunakanlah potlot yang
sedang lunaknya. (Untuk merampungkan gambar kelak hendaknya selalu
digunkan potlot yang paling bermutu sejauh yang dapat diperoleh).
Kekuatan garis bergantung pada kertas yang dipergunakan. Makin kasap
kertas yang digunakan, makin gelap goresan potlot yang diperoleh.
Sebaliknya makin licin kertas, makin abu-abu goresan itu. Kertas harus
cukup kasap agar diperoleh garis potlot yang baik dan cukup keras
sehingga tidak bercalar oleh potlot.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="IN"><a href="" name="_ftnref4"></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="IN"><a href="" name="_ftnref4"></a> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify;">
<span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Banyak sekali macam dan jenis potlot/pensil sesuai dengan penggunaannya, antara lain:</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IN">a.</span></b><span lang="IN"> <b>Pensil Biasa:</b></span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Pensil
biasa dengan batang kayu relatif murah, dapat dipakai untuk membuat
berbagai macam goresan, dan dapat digunakan untuk menutup bidang gambar
dan membuat bayangan. Walaupun pensil biasa sudah cukup cocok untuk
dipergunakan menggambar, namun dalam pengunaannya harus diperhatikan
mutu dan jenis pensilnya.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /><span lang="IN"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IN">b.</span></b><span lang="IN"> <b>Pensil Keras</b> (dengan istilah pensil Hard/H)</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Pensil
jenis ini memiliki tingkat dan kwalitas kekerasan mulai dari 9 H
(sangat keras) kemudian F. Pensil jenis ini biasanya banyak dipakai
untuk menggambar mistar, karena jenisnya yang keras tersebut. Semakin
keras tingkatan isi pensil, semakin dapat digunakan untuk menghasilkan
garis-garis yang padat, halus dan tipis.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IN">c.</span></b><span lang="IN"> <b>Pensil sedang </b>(dengan istilah pensil medium hard/HB).</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Pensil ini dipakai untuk membuat desain/ sket/ gambar rencana, baik untuk gambar dekorasi maupun gambar reklame.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IN">d.</span></b><span lang="IN"> <b>Pensil Lunak</b> (dengan istilah pensil Soft/B)</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Isi
pensil yang lunak dapat menghasilkan garis-garis yang padat, gelap dan
nada gelap terang. Untuk hampir semua gambar tangan bebas, pensil jenis B
merupakan jenis pensil yang banyak manfaatnya. Jenis pensil ini banyak
dipakai untuk menggambar potret, benda atau pemandangan alam dalam warna
hitam putih.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<br /><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IN">e.</span></b><span lang="IN"> <span style="font-weight: bold;"> Konte</span>, berwarna hitam arang dan berbeda dengan pensil biasa karena mempunyai goresan yang tebal dan lebar. Dibedakan pula menjadi:</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;">
<span lang="IN">1) Hard/H/keras.</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 72pt; text-align: justify; text-indent: -54pt;">
<span lang="IN">2) Medium/HB/sedang</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">3) Soft/B/Lunak, dipakai untuk menggambar potret, pemandangan alam dan benda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<br /><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b><span lang="IN">f. Pensil berwarna</span></b><span lang="IN">.</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Pensil
ini mengandung lilin dan tersedia dalam 12 macam warna. (untuk kategori
pensil warna bukan merupakan bahasan dalam penelitian ini).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="SV"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<b><span lang="IN">g. Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar dengan pensil/potlot </span></b><span lang="IN">antara lain:</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">1) Teknik Stippel. Yaitu menggambar dengan titik-titik atau noda-noda yang diulang-ulang.</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">2)
Teknik Dussel, atau disebut dengan teknik gosok. Yaitu menggambar
dengan cara menggosok-gosokkan tangan atau kertas yang sudah
diberi/dibubuhi dengan pensil. (Teknik ini tidak diperkenankan untuk
digunakan dalam dunia pendidikan, akan tetapi kenyataan di lapangan para
pelukis wajah/potret sering menggunakannya).</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">3).
Teknik Arsir, Untuk menyampaikan kesan bentuk tiga dimensi yang tidak
dapat terwakili hanya dengan garis kontur saja. Garis-garis arsir
mengacu pada serangkaian garis sejajar dengan jarak berdekatan atau
rapat</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<br /><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN"> Jenis-Jenis Arsir antara lain:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">a)
Arsir Biasa, yaitu garis-garis arsir yang mengacu pada serangkaian
garis rapat sejajar, seirama sesuai dengan bentuk benda yang digambar.</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">b)
Arsir Silang, ialah arsir yang melibatkan penggunaan dua lapis garis
arsir untuk mendapatkan kepadatan yang lebih tinggi dan menghasilkan
nada gelap terang.</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">c)
Teknik Scribbling, adalah suatu jenis arsiran jaringan yang terdiri
dari garis-garis berbagai arah yang dibuat secara acak, sehingga tekstur
visualnya akan bervariasi dengan teknik garis yang digunakan. </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">
Dengan pengetahuan yang mantap mengenai sifat bahan dan fungsi alat,
seniman dapat mengembangkan kekuatan menggambarnya tanpa kendala yang
bersifat teknis. Menggambar merupakan soal rasa, pikiran, keterampilan,
ide dan teknik yang tidak terpisah-pisahkan. Dorongan menggambar timbul
pada umumnya karena adanya gagasan dalam pikiran untuk menyatakannya
dengan bentuk visual.</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt;">
<span lang="IN">Alat terakhir untuk pengoreksian gambar adalah <i>penghapus, </i>untuk
menghilangkan bagian gambar yang tidak berhasil. Penghapus potlot yang
biasa sudah cukup, sepanjang bersifat lentur, lunak dan bersih. </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt;">
<span lang="IN"> </span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IN">Ada
kertas yang licin dan ada pula yang kasap, ada kertas bersadur dan
kertas serap, kertas yang tebal dan yang tipis. Ada tiga jenis kertas
yang dapat digunakan: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">a.
Kertas murah yang dapat digunakan dengan bebas. Barangkali kertas
stensil atau kertas koran (yang dipakai untuk surat kabar, dapat
diperoleh dalam ukuran kwarto dibungkus per rim).</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">b. Kertas Lakar ukuran saku (berbentuk buku ukuran saku)</span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="IN">c.
Kertas gambar yang baik dengan tebal yang bermacam-macam, dalam
lembaran, gulungan, atau bentuk buku. Kertas gambar biasanya berwarna
putih mengkilap, tetapi ada juga yang berwarna putih kusam atau berwarna
putih-India. Menurut Ajat Sakri dalam bukunya menjelaskan;</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span lang="SV"> </span><span lang="IN">Menggambar
dimulai jauh sebelum menarik garis yang pertama. Permulaannya ialah
sikap badan yang baik dan sikap yang benar terhadap pekerjaan. Lengan
dan seluruh tubuh harus santai. Pandangan tertuju pada permukaan kertas
sebagai satu keseluruhan, menaklukkan dan menguasainya.<a href="" name="_ftnref7"></a></span><span lang="SV"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 54pt;">
<span lang="IN"> </span><span lang="SV"></span></div>
<br />
<br /><div style="text-align: center;">
Contoh
</div>
<br /><div style="text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHEomPie-QFyqLwWTRa3LRlma68KfVH3KZYnUFWz1r5GTzwiiEEHdPzMpestngrP1wvKY4RotFchN7cq2XJCljWYJpa9jbvrL0HDr_yMwsglkEuP6h5QqizeiuuEw2Oon9Im7Y1Pt_JEg/s1600-h/Gambar+bentuk+1.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334563799942384018" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHEomPie-QFyqLwWTRa3LRlma68KfVH3KZYnUFWz1r5GTzwiiEEHdPzMpestngrP1wvKY4RotFchN7cq2XJCljWYJpa9jbvrL0HDr_yMwsglkEuP6h5QqizeiuuEw2Oon9Im7Y1Pt_JEg/s320/Gambar+bentuk+1.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 240px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a>
<br />Gambar bentuk dan Bayangan
<br />
</div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5mUTwHB_bcNqhwTpqMqW3rFx1IWi3PkEadJ4nPBfAmYr2VaVkJ64AH3sCk_48J_mNVjVB3Ney__9vxzaaXtz_0auv0fWUFCS98eckcoJFc__D-saOh-SKUrKnz2uK7ANyejZdx_-hVVs/s1600-h/Gambar+bentuk+2.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334563802372020498" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5mUTwHB_bcNqhwTpqMqW3rFx1IWi3PkEadJ4nPBfAmYr2VaVkJ64AH3sCk_48J_mNVjVB3Ney__9vxzaaXtz_0auv0fWUFCS98eckcoJFc__D-saOh-SKUrKnz2uK7ANyejZdx_-hVVs/s320/Gambar+bentuk+2.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 300px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 320px;" /></a>
<br />
<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2_6PcJFWisHlxbj7_kBE0eLvDvOA1G7YoAn5lxeE10R4IWEu8Dh2LNezHIZHSoH3cuoiZLlmY0IQ5rynlx74H8bOGG_S5LFJHnsIBrvcVVtH6c4MZUqQmQfxNAD8XbhAxA7jDtxkOohg/s1600-h/gambar+bentuk.jpg"><img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5334202028862019090" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2_6PcJFWisHlxbj7_kBE0eLvDvOA1G7YoAn5lxeE10R4IWEu8Dh2LNezHIZHSoH3cuoiZLlmY0IQ5rynlx74H8bOGG_S5LFJHnsIBrvcVVtH6c4MZUqQmQfxNAD8XbhAxA7jDtxkOohg/s320/gambar+bentuk.jpg" style="cursor: pointer; display: block; height: 225px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 300px;" /><strong>TEKNIK MENGGAMBAR BENTUK</strong>
</a>Teknik adalah cara. Teknik menggambar bentuk ada lima macam antara lain :<br />
a. Teknik arsiring<br />
Teknik arsiring adalah teknik arsir yang menggunakan garis-garis patah atau lengkung.<br />
b. Teknik pointiliring<br />
Teknik pointiliring adalah suatu teknik menggambar dengan cara membuat
titik-titik sebanyak-banyaknya pada benda yang akan digambar.<br />
c. Teknik dusel<br />
Teknik dusel adalah suatu teknik menggambar dengan cara menggoreskan
pensil dengan kertas, kemudian digosok dengan kapas atau jari telunjuk
sehingga arah goresan tidak kelihatan.<br />
d. Teknik sapuan<br />
Teknik sapuan adalah suatu tekni menggambar dengan cara mengandalkan goresan kuas.<br />
e. Teknik blok<br />
Teknik blok adalah suatu teknik menggambar dengan cara memenuhi warna ke benda yang akan dijadikan model.<br />
SUMBER : Buku Seni Rupa, Heru Purwanto dkk, Ganexa Exact<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<br /></div>
<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<br /></div>
</div>seni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-43771359308996351192010-08-25T02:54:00.000+09:002010-08-25T02:54:47.218+09:00Fungsi Seni<div align="justify">FUNGSI SENI<br />
Manusia sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni adalah bagian dari kehidupan manusia yang sama pentingnya dengan kebutuhan primer lainnya.<br />
Suatu karya seni dapat berfungsi baik secara individual bagi penciptanya dan penikmatnya, maupun secara sosial dalam kehidupan sehari – hari<br />
<br />
1. Fungsi Individual Seni<br />
a. Fungsi individual seni untuk memenuhi kebutuhan rohani<br />
Setia individu pasti memiliki emosi dan tuntutan emosi itu perlu disalurkan supaya tidak terjadi menjadi beban bagi dirinya<br />
Bagi seorang seniman emosi itu dapat disalurkan melalui kegiatan seni, seperti melukis mematung dan lain – lain. Karena seni adalah suatu kegiatan yang melibatkan ekspresi yang mendalam, dan mengekspresikan perasaan merupakan kegiatan rohaniah<br />
<br />
Sedangkan bagi individu – individu lain yang bukan seniman seni dapat berfungsi pula untuk memenuhi kebutuhan rohani yaitu dengan cara menikmati (mengekspresikan) hasil karya seni, misalnya menonton film, menyaksikan pertunjukan drama, mendengarkan musik atau mengunjungi pameran. Kegiatan – kegiatan seperti itu dapat menimbulkan rasa keindahan atau kesenangan batin secara individu<br />
b. Fungsi individual seni untuk memenuhi kebutuhan jasmani<br />
Selain karya seni murni, juga banyak karya seni pakai yang diciptakan oleh para seniman atau pengrajin, seperti pakaian meubel, alat – alat dapur, perkakas dan perhiasan. Secara individual karya seni tersebut dapat berfungsi fisik, karena hasilnya dapat kita pergunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari – hari<br />
<br />
2. Fungsi Sosial Seni<br />
Suatu karya seni memiliki nilai sosial apabila:<br />
a. Dapat mempengaruhi tingkah laku atau tindakan masyarakat secara kolektif<br />
b. Diciptakan untuk dilihatdan digunakan dalam suasana umum<br />
c. Mencetuskan atau melukiskan aspek – aspek eksistensi yang bersifat sosial atau kolektif sebagai kebalikan dari sesuatu pengalaman individual<br />
Dalam kehidupan sehari – hari dapat kita jumpai karya seni diterapkan diberbagai bidang, yaitu bidang rekreasi, komunikasi, pendidikan dan bidang agama</div><div align="justify"><br />
a. Fungsi sosial seni dalam bidang rekreasi<br />
Fungsi ini yaitu, karya seni yang sengaja di sajikan sebagai sarana hiburan untuk memberikan kesenangan atau kebahagiaan kepada masyarakat luas. Seperti; seni pertunjukan atau pementasan wayang, orkes, sandiwara dll</div><div align="justify"><br />
b. Fungsi sosial seni dalam bidang komunikasi<br />
Apabila karya seni digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas. Maka karya seni tersebut memiliki fungsi sosial dalam bidang komunikasi. Misalnya informasi tentang wajib belajar sembilan tahun disispkan lewat drama himbauan melestariakn lingkungan dituangkan dengan lagu, kritik sosial digambarkan dengan karikatur dan sebaginya</div><div align="justify"><br />
c. Fungsi sosial seni dalam bidang pendidikan<br />
Peranan seni dalam bidang pendidikan yaitu sebagai alat peraga untuk memperlancar proses belajar supaya anak didik lebih mudah dan mengerti menerimanya. Misalnya suatu peristiwa dalam sejarah disampaikan dengan film </div><br />
d. Fungsi sosial seni dalam bidang agama<br />
Sejak lahirnya kebudayaan, seni sudah berkaitan dengan fungsi sacral. Manusia percaya terhadap adanya kekuatan – kekuatan gaib dilakukan dengan seni. Kemudian turunnya agama – agam pun mejadi seni sebagai kegiatan yang tak terpisahkan dari kegiatan keagamaan. Misalnya memuja roh – roh nenek moyang atau para Dewa diwujudkan dengan patung. Menyampaikan dakwah Islam dengan pertunjukan wayang atau drama. Puji – pujian terhadap Yesus dengan paduan suara di Gereja - Gerejaseni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-70403109443010268122010-08-25T02:07:00.001+09:002010-08-25T02:07:53.618+09:00Wawasan Seni<div align="justify">PENDIDIKAN SENI TENTANG WAWASAN SENI<br />
<br />
Wawasan seni adalah pandangan, sikap, pendekatan dan pengertian tentang prinsip berkesenian terhadap karya seni. Wawasan seni penting kita ketahui karena merupakan sikap dan pandangan kita terhadap masalah kesenian. Disini akan diuraikan masalah wawasan seni yang dikaitkan dengan menghayati pengertian seni, fungsi seni, tujuan seni, perkembangan seni dan media seni<br />
<br />
A. PENGERTIAN SENI<br />
Istilah seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art (Inggris) yang artinya kemahiran. Ada juga yang mengatakan kata seni berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni dalam bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan. Dalam bahasa tradisional jawa, seni artinya Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil<br />
<br />
<br />
1. Pengertian menurut para ahli budaya<br />
a. Drs. Popo Iskandar berpendapat, seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin disampaikan kepada orang lain dalam kesadaran hidup </div><div align="justify"> bermasyarakat / berkelompok<br />
b. Ahdian karta miharja, seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan</div><div align="justify"> realitas dalam suatu karya yang bentuk dan isinya mempunyai untuk</div><div align="justify"> membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya penerimanya<br />
c. Ki Hajar Dewantara, seni adalah ….segala perbuatan manusia yang</div><div align="justify"> timbul dari perasaan dan sifat indah, hingga menggerakan jiwa perasaan manusia<br />
d. Plato dan Reuseau berpendapat, seni adalah hasil peniruan dari alam </div><div align="justify"> dengan segala seginya</div><div align="justify"><br />
<strong><em><span style="color: #99ff99;">Cabang – cabang seni</span></em></strong><br />
Seni berdasarkan bentuk pengungkapannya dibedakan menjadi 2 cabang, yaitu:<br />
a. Seni Tradisional, yaitu bentuk seni yang berpedoman pada suatu aturan / kaidah secara turun temurun, terdiri dari:<br />
1) Seni Primitif, yaitu seni yang lahir dari bentuk kebudayaan yang paling awal dan belum mendapat pengaruh dari luar<br />
2) Seni klasik, yaitu seni yang telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan<br />
b. Seni modern, yaitu bentuk seni yang telah mendapat pengaruh dari barat yang mengolah kaidah sebelumnya<br />
c. Seni penglihatan (Visual Art), yaitu seni yang dinikmati lewat mata, contoh, seni patung, film, Tari, pantomim dll<br />
d. Seni pendengaran (Auditory Art), yaitu seni yang di nikmati lewat telinga, contoh; seni musik, puisi, prosa dll<br />
e. Seni penglihatan dan pendengaran (Audiotory Visual Art), yaitu seni yang dinikmati lewat mata dan telinga, contoh seni Tari, seni film, dll<br />
Seni sebagai media pengungkapan terbagi atas 5 cabang yaitu;<br />
a. Seni rupa, yaitu seni yang mengungkapkan melalui media bahan, cat (pewarna), garis dan bentuk<br />
b. Seni musik, yaitu seni yang diungkapkan melalui media bunyi – bunyian atau suara<br />
c. Seni Tari, yaitu media seni yang diungkapkan melalui media gerakan tubuh<br />
d. Senai sastra, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata dan bahasa<br />
e. Seni Teater, yaitu seni yang diungkapkan melalui media kata, gerak, bunyi/suara dan rupa (merupakan seni multimedia)<br />
a. Cabang - cabang seni rupa yaitu:<br />
- Berdasarkan bentuknya yaitu terdiri dari:<br />
1) seni rupa Dwi matra, yaitu karya seni yang diwujudkan pada bidang dua dimensi yang hanya dapat dinikmati hanya dengan satu arah pandangan saja. Contohnya seni lukis, gambar dan grafis<br />
2) seni rupa Tri – Matra, yaitu karya seni yang diwujudkan pada benda yang bisa kita nikmati hasilnya dari berbagai arah pandangan. </div><div align="justify"> Contohnya: seni patung seni kerajinan, seni bangunan</div><br />
-<strong><em><span style="color: #ffcc99;"> Berdasarkan nilai dan tujuannya terdiri dari :</span></em></strong><br />
1) Seni murni (Fine Art), yaitu karya seni yang semata – mata hanya untuk dinikmati nilai seninya secara langsung seperti seni lukis, seni patung, seni Tari, seni musik dll<br />
2) Seni pakai (Applied Art) yaitu karya seni yang memiliki nilai praktis yang dapat dipergunakan untuk kepentingan hidup sehari – hari, contohnya, pakaian, senjata, peralatan rumah tangga dan lain - lain<br />
b. Cabang – cabang seni musik yaitu:<br />
- Berdasarkan bentuknya terdiri :<br />
1) Musik vokal, yaitu musik yang dinyanyikan dengan suara manusia<br />
2) Musik istrumental, yaitu musik yang menggunakan alat yang bergetar<br />
3) Musik campuran, yaitu musik perpaduan antara vokal dan instrumental<br />
- Berdasarkan fungsinya terdiri:<br />
1) Musik untuk upacara, contohnya: Degung Tanjidor dll<br />
2) Musik untuk bela diri, contohnya Pencak Silat dan benjang dll<br />
3) Musik untuk hiburan: contohnya Ogel, Ronggeng Gunung, Longser, Tarling dll<br />
- Berdasarkan bentuknya terdiri dari:<br />
1) Musik Tradisional, contohnya; Calung, Angklung, Degung<br />
2) Musik Modern, contohnya; Symponi, Konset dll<br />
c. Cabang – cabang seni Tari yaitu:<br />
- Berdasarkan fungsinya terdiri dari:<br />
1) Tari upacara (pemujaan/adat), contohnya Tari Dodot (Banten), Tari Sampiung (Rancakalong) dan Tari kengkong<br />
2) Tari Hiburan (Tari pergaulan), contohnya: Tari Jaipong (Sunda), Tayub (Jateng)<br />
3) Tari Pertunjukan, contoh; Tari Ksatria dan Tari Pesona<br />
4) Tari Terapi (untuk penyembuhan), contohnya; Tari Saman (Aceh)<br />
5) Tari pendidikan (terutama di Taman Kanak Kanak), contoh; Tari Ayam Sambung<br />
- Berdasarkan jumlah pelakunya<br />
1) Tari tunggal, contohnya Tari Topeng (Sunda) Tari TRUNAJAYA (Bali), Tari Kelana (Jawa)<br />
2) Tari berpasangan, contoh; Tari Payung dan Serampang Dua Belas (Sumatra), Jaipong (Sunda)<br />
3) Tari Bertiga, contoh; Tari Blancir (Jawa), Tari Lenggong (Bali)<br />
4) Tari Berempat, contoh; Tari Bungko (Sunda), Serimpi (Jawa)<br />
5) Tari Masal/Kelompok (lebih dari 5 penari), terbagi atas:<br />
- Tari Tanpa Lakon, contoh; Tari Rudet (sunda)<br />
- Tari Berlakon (Drama Tari), Wayang Wong (Jawa), Topeng<br />
- Tari Berlakon Kreasi Baru: Jaka Tarub, Sangkuriang dll<br />
d. Cabang – cabang seni Teater, yaitu:<br />
- Berdasarkan bentuknya terdiri atas:<br />
1) Teater Tradisional, contohnya Lenong, Ludruk, Longser<br />
2) Teater klasik, contohnya: Wayang Golek, Wayang Kulit dll<br />
3) Teater transisi/peralihan, contohnya Stambul, Srimulat<br />
4) Teater modern, contohnya: Teater Pelangi dan Teater Monserrat<br />
- Berdasarkan naskahnya terdiri dari:<br />
1) Teater Tragedi, contohnya cerita Sangkuriang<br />
2) Teater Komedi, contohnya : Bunga Rumah Makan karya Utuy Tatang Sontany<br />
3) Teater Absur, contohnya Kapai – Kapai karya Aripin C Noorseni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-18231078236506015782010-08-25T02:03:00.000+09:002010-08-25T02:03:19.857+09:00Media Seni Rupa<strong><em><span style="color: #ff6666;"><span style="font-size: 130%;"> Media seni rupa</span></span></em></strong><br />
<br />
1. Arang<br />
Adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan. Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya.<br />
<br />
Pemakaian<br />
Batu arang yang digunakan sebagai bahan bakar.<br />
Arang pada awalnya digunakan sebagai pengganti mesiu. Ia juga digunakan dalam metalurgi sebagai reducing agent, walaupun sekarang sudah ditinggalkan. Sebagian orang menggunakan arang sebagai media gambar. Tetapi sebagian besar produki charcoal digunakan sebagai bahan bakar. Hasil pembakarannya lebih bersih daripada kayu biasa.<br />
<br />
Arang kering.<br />
1. 1. Pembakaran<br />
<br />
Batu arang lazim dipakai untuk membakar makanan di luar ruangan dan pada saat berkemah. Di beberapa negara Afrika, arang digunakan oleh sebagian besar masyarakat sebagai alat memasak sehari-hari. Pemakaian arang untuk memasak makanan di dalam ruangan memiliki resiko berbahaya terhadap kesehatan, karena karbon monoksida yang dihasilkan.[1]<br />
<br />
Sebelum Revolusi Industri, arang digunakan sebagai bahan bakar industri metalurgi.<br />
<br />
Arang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Arang atau kayu dibakar di dalam generator gas kayu untuk menggerakan mobil dan bus. Di Perancis pada saat Perang Dunia II, produksi kayu dan arang untuk kendaraan bermotor meningkat dari 50.000 ton sebelum perang menjadi 500.000 ton pada tahun 1943.[2]<br />
1. 2. Seni rupa<br />
<br />
Batang arang yang sebagai media seni rupa.<br />
<br />
Arang digunakan dalam seni rupa seperti pensil atau krayon. Media ini banyak digunakan untuk membuat sketsa dalam ukuran besar atau media yang membutuhkan garis sketsa yang kuat, seperti kanvas. Sebagai media seni rupa, charcoal dijual dalam bentuk batangan.<br />
<br />
Arang memiliki sifat lembut, ringan, hitam, dan sekaligus mudah patah. Media ini sangat disenangi pelukis dalam membuat sketsa sebab sketsa yang dihasilkan sangat jelas, bahkan dalam proses pengecatan sekalipun.<br />
<br />
2. Cat air<br />
Cat air atau populer juga dengan sebutan aquarel adalah medium lukisan yang menggunakan pigmen dengan pelarut air dengan sifat transparan. Meskipun medium permukaannya bisa bervariasi, biasanya yang digunakan adalah kertas. Selain itu bisa pula papyrus, plastik, kulit, kain, kayu, atau kanvas.<br />
<br />
Secara umum, cat air digunakan karena sifat transparansinya. Gouache adalah medium sejenis yang tidak transparan.<br />
<br />
Hasil karya lukisan cat air biasanya bersifat sangat ekspresif, atau sebaliknya sangat impresif, tergantung teknik yang digunakan.<br />
<br />
Lukisan cat air dimulai dari penemuan kertas di Tiongkok sekitar 100 M. Pada abad 12 bangsa Moor memperkenalkan kertas ke Spanyol dan kemudian menyebar ke Italia beberapa dekade berikutnya. Pabrik kertas tertua terletak di Fabriano, Italia yang didirikan tahun 1276, dan Arches, Perancis pada tahun 1492.<br />
<br />
Teknik cat air menjadi terkenal di Eropa dengan sering digunakannya teknik fresko.<br />
<br />
Lukisan cat air tertua yang pernah ditemukan dibuat oleh Raffaello Santi yang membuat kartun-kartun untuk desain gorden. Di Jerman, Albrecht Dürer membuat lukisan cat air pada abad 15. Sekolah lukisan cat air pertama dibuka oleh Hans Bol dan sangat dipengaruhi oleh karya-karya Dürer. Pelukis cat air terkenal lainnya adalah van Dyck, Thomas Gainsborough, dan John Constable. Paul Sandby dianggap bapak lukisan cat air Inggris Raya.<br />
<br />
a. Bahan utama<br />
Cat air dibuat dari pigmen halus atau serbuk warna (dye) yang dicampur dengan gum arabic sebagai bahan baku, serta gliserin atau madu untuk menambah kekentalan dan merekatkan warna ke permukaan.<br />
<br />
b. Teknik penggunaan<br />
Carl Larsson, The Christmas Eve, watercolor, (1904-1905).<br />
Biasanya cat air digunakan dengan kuas lancip dan air yang berlebih, tetapi bisa pula dicampurkan dengan material lain. Biasanya akrilik atau collage. Cat air dengan campuran air berlebih menghasilkan warna yang terang dan segar. Warna ini dihasilkan oleh cahaya yang mampu menembus lapisan cat yang transparan.<br />
<br />
Warna putih biasanya dihasilkan dari bagian-bagian yang tidak diberi lapisan cat. Sangat jarang lukisan yang sengaja memberikan lapisan putih dari cat air.<br />
<br />
Cat warna terkenal karena butuh kesabaran yang tinggi. Teknik yang umum digunakan biasanya dihasilkan dari lapisan-lapisan yang saling ditimpakan setelah lapisan sebelumnya telah kering sehingga menghasilkan gradasi warna. Namun teknik lain wet-on-wet yang menimpakan warna di atas lapisan yang masih basah juga membutuhkan ketelitian tinggi untuk mendapatkan hasil maksimal. Resiko lainnya adalah kertas menjadi melengkung atau robek jika terlalu banyak air digunakan.<br />
<br />
c. Kelebihan<br />
Cat air memiliki kelebihan tidak berbau, mudah dibersihkan, dan mudah kering.<br />
<br />
<br />
3. Cat minyak<br />
Cat Minyak adalah cat yang terdiri atas partikel-partikel pigmen yang disuspensi dengan media minyak.<br />
<br />
a. Sejarah<br />
Cat minyak telah digunakan di Inggris pada Abad ke 13 untuk penghiasan sederhana. Tapi sampai Abad ke-15 belum di banyak gunakan untuk hal hal artistik. Penggunaan yang paling sering digunakan saat ini adalah untuk keperluan domestik, dimana ketahanan dan warnanya yang cerah membuatnya cocok untuk digunakan pada eksterior dan interior.<br />
<br />
Sifat cat minyak yang lama keringnya telah diketahui oleh para pelukis awal. Namun kesulitan dalam mendapatkan dan bekerja dengan at minyak membuatnya jarang digunakan. Seiring dengan naiknya minat masyrakat terhadap Realisme, cat tempera yang cepat mengering menjadi tidak cocok.<br />
<br />
Para seniman Flanders mencampur tempera dan cat minyak pada Abad ke-15, namun pada Abad ke-17, melukis murni dengan cat minyak menjadi lumrah.<br />
Pemandangan di Delft dalam cat minyak, oleh Johannes Vermeer.<br />
<br />
b. Karakteristik<br />
Campuran minyak membuat cat jenis ini memberi efek pantulan cahaya yang cemerlang. Selain itu cat cenderung menggumpal sehingga memberikan efek tekstur yang mengesankan bila diolah dengan baik.<br />
<br />
Membutuhkan waktu beberapa hari untuk membuat cat ini kering dengan sempurna. Selain itu bau yang dihasilkan tidak disukai sebagian orang. Dalam kurun waktu puluhan tahun, warna yang dihasilkan akan menjadi kekuningan.<br />
<br />
Kelemahan-kelemahan ini membuat beberapa seniman berali kepada akrilik.<br />
<br />
<br />
5.Konte<br />
Konte atau dalam tulisan aslinya Conté, biasanya adalah istilah yang merujuk kepada pensil dan krayon merk Conté, sebuah medium menggambar yang terbuat dari bahan dasar bubuk grafit atau arang, dicampur lilin atau tanah liat yang kemudian dikompresi. Untuk bentuk pensil, bahan ini kemudian dilapisi kayu dengan bentuk persegi.<br />
<br />
Namun bisa pula ditemui serbuk konte, yang biasanya diaplikasi ke atas kertas kasar dengan kuas lancip kering untuk memberikan warna yang bergradasi sangat halus.<br />
<br />
a. Sejarah<br />
Pensil dan krayon merk Conté ditemukan tahun 1795 oleh Nicolas-Jacques Conté, yang berusaha mengatasi masalah kekurangan grafit selama Perang Napoleon. Media ini kemudian diketahui memiliki kelebihan mudah diproduksi dalam banyak tipe kekerasan.<br />
<br />
Krayon Conté.<br />
<br />
Varian konte sanguine, digunakan oleh banyak perupa renaisans seperti Leonardo da Vinci.<br />
<br />
5. Krayon<br />
Krayon adalah peralatan gambar yang dibuat dari lilin berwarna, air, dan talk atau kapur. Krayon banyak digunakan oleh anak-anak untuk menggambar, dan seniman juga menggunakannya.<br />
<br />
Salah satu merk krayon yang populer adalah Crayola.<br />
<br />
<br />
6.Pastel<br />
Pastel adalah serbuk yang direkatkan dengan arabic gum dan dibentuk menjadi batangan-batangan yang rapuh. Jika digosokkan ke kertas yang cukup kasar, ikatan tersebut akan lepas dan serbuk warna akan menempel ke kertas.<br />
<br />
a. Sejarah<br />
Penggunaan pastel pertama kali yang diketahui adalah oleh Leonardo da Vinci pada 1495.<br />
Maurice Quentin de La Tour dan Rosalba Carriera dari abad 18 adalah pelukis yang dikenal baik dengan teknik pastelnya. Pada abad 19, pastel dipopulerkan oleh pelukis Perancis Edgar Degas . Mary Cassatt memperkenalkan media pastel kepada rekannya di Philadelphia and Washington, hingga ke seluruh Amerika Serikat.<br />
<br />
Lukisan potret Louis XV oleh Maurice Quentin de La Tour, 1748<br />
<br />
Pada abad 18 medium ini populer sekali dalam lukisan potret, dan digunakan pula dengan campuran teknik gouache. Pastel juga banyak juga digabungkan dengan media lain, kecuali cat minyak.<br />
<br />
b. Karakteristik<br />
Warna-warna pastel cemerlang, hampir menyamai cat minyak. Hanya saja kelemahannya adalah tidak menempel terlalu kuat. Sedikit getaran bisa merontokkan ikatan dengan kertas. Untuk itu biasanya diberikan fixative.<br />
<br />
Commercial oil pastels.<br />
<br />
Pastel memberikan warna yang sangat kuat jika dilapiskan di atas warna komplementernya. Namun menjadi sangat lemah jika ditimpakan di atas warna analogus. Selain itu warna-warna gelap menjadi tidak kuat jika ditimpkan di atas warna terang.<br />
<br />
Sangat sulit untuk menghapus warna pastel secara sempurna. Biasanya yang dihasilkan dengan mengesekkan penghapus di atas pastel malah efek smudge.<br />
<br />
Untuk mengatasi kelemahan pastel kapur konvensional, dikembangkan pula pastel minyak. Pastel ini merekat kuat di berbagai media, seperti kanvas, hardboard, atau tripleks.<br />
<br />
c. Pelukis dengan media pastel<br />
1. Pelukis Indonesia<br />
Sholihin<br />
Kusnadi<br />
Soenarto<br />
Wardoyo<br />
Zaini<br />
Nashar<br />
Mh. Ikshan<br />
2. Pelukis luar negeri<br />
Leonardo da Vinci<br />
Maurice Quentin de La Tour<br />
Rosalba Carriera<br />
Larry Blovits<br />
Wende Caporale<br />
Tim Gaydos<br />
Daniel Greene<br />
<br />
7. Penghapus<br />
8. Pensil<br />
9. Tinta<br />
<br />
Sumber. Wapedia: For Wikipedia on mobile phonesseni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-75319186025759995122010-08-25T02:01:00.000+09:002010-08-25T02:01:11.671+09:00Aliran Seni Lukis<div class="post-body entry-content">Aliran seni lukis<br />
1. Realisme<br />
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan hal yang buruk sekalipun<br />
<img alt="undefined" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326316154383584034" src="http://1.1.1.2/bmi/4.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SergUod1SyI/AAAAAAAAACM/VAQNulF7UmY/s320/basukiabdullah.gif" style="cursor: pointer; display: block; height: 299px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 241px;" title="" /><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326322809449565666" src="http://1.1.1.5/bmi/2.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SermYAhNTeI/AAAAAAAAADM/GRCnI6PfFo0/s320/realisme1.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 109px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 130px;" title="" /><br />
2. Surrealisme<br />
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti bentuk aslinya. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini adalah Salvador Dali.<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326321782105251586" src="http://1.1.1.2/bmi/4.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerlcNXPHwI/AAAAAAAAAC8/x0rEDSw_-NA/s320/salvador+dali1.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 107px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 125px;" title="" /><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326314790588990562" src="http://1.1.1.1/bmi/4.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerfFP73RGI/AAAAAAAAAB8/w2wliQQJGMU/s320/surealis+2.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 126px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 104px;" title="" /><br />
<br />
3. Kubisme<br />
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Pablo Picasso.<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326320358510593010" src="http://1.1.1.1/bmi/2.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerkJWD0g_I/AAAAAAAAACs/xrFU7yS6Kcw/s320/kubisme.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 118px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 114px;" title="" /><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326314790182964658" src="http://1.1.1.1/bmi/4.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerfFObDzbI/AAAAAAAAAB0/Bdw1JzO7NIc/s320/kubisme2.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 118px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 115px;" title="" /><br />
4. Romantisme<br />
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar belakang lukisan.Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh.<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326314784143491026" src="http://1.1.1.3/bmi/4.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerfE37Iv9I/AAAAAAAAABs/iM3o_DAMGrg/s320/Lukis.+Basuki+abdulah.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 140px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 92px;" title="" /><br />
<br />
5. Abstraksionisme<br />
Adalah usaha untuk mengesampingkan unsur bentuk dari lukisan. Abstraksi berarti tindakan menghindari peniruan objek secara mentah. Unsur yang dianggap mampu memberikan sensasi keberadaan objek diperkuat untuk menggantikan unsur bentuk yang dikurangi porsinya.<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326320360295081650" src="http://1.1.1.1/bmi/3.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerkJctRprI/AAAAAAAAAC0/erxfgY6mLRs/s320/Lukis.+abstrak.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 129px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 110px;" title="" /><br />
<br />
6. Ekspresionisme<br />
Berusaha menampilkan emosional atau sensasi dari dalam di hubungkan dengan tragedi atau apa yang terjadi. Definisi lain adalah kebebasan distorsi bentuk dan warna untuk melahirkan emosi ataupun menyatakan sensasidari dalam (baik objeknya maupun senimannya).<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326320354413018994" src="http://1.1.1.2/bmi/1.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerkJGy4f3I/AAAAAAAAACc/TkQcdePnuE8/s320/ekspresi+afandi.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 94px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 113px;" title="" /><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326320354434993826" src="http://1.1.1.1/bmi/4.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerkJG4HzqI/AAAAAAAAACk/KPXtymqJveg/s320/ekpresionisme.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 122px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 150px;" title="" /><br />
7. Impresionisme<br />
Berusaha menampilkan kesan yang di tangkap dari objek. Yang menjadi masalah dalam hal teknik adalah Sebagian kaum impresionis sangat mementingkan warna yang di timbulkan oleh bias cahaya,namun akdemisi mementingkan garis.<br />
<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326324627498269922" src="http://1.1.1.1/bmi/2.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SeroB1Ry_OI/AAAAAAAAADk/0teotzqPHLU/s320/impresif1.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 124px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 99px;" title="" /><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326324634256693106" src="http://1.1.1.3/bmi/1.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SeroCOdIV3I/AAAAAAAAADs/PQ257uvlxa8/s320/impresif2.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 150px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 111px;" title="" /><br />
<br />
<br />
<br />
8. Fauvisme<br />
Nama faufisme diberikan oleh seoramg kritikus bernama LouisVauxceles yang terkejut melihat liarnya sekelompok artis muda yang sedang berpameran di salon d’Automne, tahun 1905. Menurut matisse yang menjadi tokoh dalam aliran ini, Faufisme adalah suatu reaksi terhadap post impressionime yang mempunyai tekni yanglamban dan lambat, dan jugamempunyai teoridevision yang kurang tepat. Aliran ini masih di pengaruhi oleh teorinya cezane tentang impressionisme. Bahwa tatanan warna masih harus mempunyai struktur yang kuat, yang di bangun hubungan interaksi antara warna-warna tertentu. Faufisme masih memakai teori initetapi lebih di kembangkan lagi, ialahbahwa warna-warna itu jika diamati, kemudianharus di padatkan lagi dan di olah lagi. Disamping itu juga menentukan sikap bahwa tidak ada pendahuluan secara teoritis terhadap warnaagar coco untuk suatu pembentukan objek. Tokoh yang terkenal dlam aliran ini adalah Matisse.<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326326472891108274" src="http://1.1.1.1/bmi/4.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerptP5vC7I/AAAAAAAAAD0/bA-QGoxmpcg/s320/fauvis1.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 129px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 130px;" title="" /><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326326468658174914" src="http://1.1.1.1/bmi/2.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SerptAIhm8I/AAAAAAAAAD8/pYizj_MmeVY/s320/fauvis2.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 126px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 88px;" title="" /><br />
<br />
9. Naturalisme<br />
Seni lukis yang sangat mengandalkan skil atau ketrampilan tangan sehingga hasilnya terlihat alami, persis seperti fotografi berwarna.<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326322805676106050" src="http://1.1.1.2/bmi/2.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SermXydi4UI/AAAAAAAAADE/n6ySbtL06c4/s320/natur5.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 136px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 113px;" title="" /><br />
<br />
10. Dadaisme<br />
Ciri khas dari karya dadaisme adalah sini dan tidak mau ilusi atau ketiadaan ilusi. Yang kemudian diungkapkan dalam bentukmain-main, mistis, sesuatu yang menimbulkan goncangan jiwa yang mendadak,juga ada tanda-tanda merusak yang telah ada, sesuai dengan sifat lingkungan perang.<br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326323881512249202" src="http://1.1.1.3/bmi/1.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SernWaQ3p3I/AAAAAAAAADU/z2KPEF8P8Zo/s320/dadaisme1.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 130px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 92px;" title="" /><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326323882714315138" src="http://1.1.1.4/bmi/3.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SernWevduYI/AAAAAAAAADc/4itdZYNKprc/s320/dadaisme2.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 144px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 71px;" title="" /><br />
<br />
• Beberapa Pelukis Indonesia antara lain sebagai berikut.* Affandi* AgusDjaya* BasukiAbdullah* DjokoPekik* Dullah* HendraGunawan* Jeihan* Kartika Affandi* Lee Man Fong* Otto Djaya* Popo Iskandar* Raden Saleh* S.Sudjojono* Srihadi* Sri Warso Wahono<br />
<br />
<br />
<strong><em></em></strong><br />
<img alt="" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5326316159623048130" src="http://1.1.1.4/bmi/1.bp.blogspot.com/_94Ee6xce-14/SergU7_BK8I/AAAAAAAAACU/LfLE01aWt-g/s320/monalisa.jpeg" style="cursor: pointer; display: block; height: 135px; margin: 0px auto 10px; text-align: center; width: 87px;" title=" ... Shift+R improves the quality of this image. Shift+A improves the quality of all images on this page." /></div><span class="post-author vcard"></span>seni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5330549553717489322.post-35703460043426869832010-08-15T22:00:00.003+09:002010-08-15T22:00:29.971+09:00estetika<div class="content floatleft"><div class="node"><div class="post" id="post-22"><h2>KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni</h2><div class="entry"><h2><span lang="IN">1. Pengantar Tentang Kelompok Keahlian Estetika dan Ilmu-ilmu Seni</span></h2><span lang="IN">Kelompok Keahlian Estetika dan Ilmu-ilmu Seni (<em>Aesthetics and The Sciences of Arts</em>) adalah kelompok keahlian yang melingkupi wilayah kajian yang lebih bersifat keilmuan - dan berkaitan dengan praktik seni rupa - ia menjadi penafsir dan penjelas fenomena kehidupan seni rupa. Tercakup dalam kelompok keahlian ini adalah wilayah keilmuan Sejarah Seni, Estetika, Kritik Seni, Antropologi Seni, Sosiologi Seni, Psikologi Seni, Filsafat Seni, dan Manajemen Seni yang selama ini telah mapan. Selain itu, keilmuan lain yang sangat terkait dengan seni rupa dan mulai di rintis adalah Semiotika dan Hermeneutika. Bila KK Seni Rupa lebih terkait dengan profesi kesenimanan, maka KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni banyak bergerak dalam wilayah keprofesian lainnya, seperti kritikus, sejarawan seni, kurator, dosen, manajer seni dan ahli konsevarsi seni.</span><span lang="IN">Menimbang aspek penelitian dan pemberdayaan masyarakat, KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni tidak hanya bergerak dalam wilayah teoritik semata. Kajian yang bersifat lintas disiplin menjadi salah satu kunci penting. Kecenderungan semacam ini dapat dilihat dari banyaknya kajian yang membahas fenemona seni rupa dari berbagai sudut pandang dan pendekatan, seperti teori gender dan teori poskolonial. Selain itu, seni rupa saat ini telah menjadi wilayah kajian menarik karena ia tidak terlepas dari konteks ruang dan waktu di mana ia berada. Hal inilah yang menyebabkan seni rupa menjadi wilayah kajian strategis sebab bisa menjadi bagian dari wacana kultural. Contoh semacam ini tampak dalam fenomena seni rupa dewasa ini yang sangat lekat dengan wacana identitas kultural. Wilayah strategis ini menjadi tantangan bagi KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni dalam mengidentifikasi persoalan identitas kultural Indonesia di tengah iklim dunia di masa globalisasi. Antisipasi terhadap kenyataan inilah yang menjadi pertimbangan KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni dalam mengembangkan proyeksi kepakaran dan program-program penelitiannya. Di sisi lain, aspek yang terkait dengan wilayah pemberdayaan masyarakat dalam KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni dapat dilihat misalnya dalam Psikologi Seni yang berhubungan dengan seni sebagai terapi, atau dalam wilayah pendidikan seni sebagai ruang pembentukan kreativitas.</span><strong><span lang="IN"></span></strong><strong></strong><br />
<strong><span lang="IN">Staf Pengajar Kelompok Keahlian Estetika dan Ilmu-Ilmu Seni</span></strong><span lang="IN">1. </span><span lang="IN">Dr.Yustiono (Ketua)</span><span lang="IN">2. </span><span lang="IN">Dr.Subarna</span><span lang="IN">3. </span><span lang="IN">Dra.Umajah Dachlan</span><span lang="IN">4. </span><span lang="IN">Drs.Lengganu</span><span lang="IN">5. </span><span lang="IN">Dra.Nuning Y.Damayanti,Dipl.Art.</span><span lang="IN">6. </span><span lang="IN">Ira Adriati, M.Sn.</span><span lang="IN">7. </span><span lang="IN">Irma Damayanti, M.Sn.</span><span lang="IN">8. </span><span lang="IN">Drs.Rizki Akhmad Zaelani</span><span lang="IN">9. </span><span lang="IN">Aminudin TH.Siregar, S.Sn.</span><span lang="IN">10. </span><span lang="IN">Drs. Pindi Setiawan, M.Si</span><span lang="IN">11. </span><span lang="IN">Agus Cahyana, M.Sn</span><span lang="IN">12. </span><span lang="IN">Agung Hujatnika, S.Sn</span><strong><span lang="IN"></span></strong><strong><span lang="IN"></span></strong><strong></strong><br />
<strong><span lang="IN">2. Catatan Tentang Makna dan Lingkup dari Bidang Estetika dan Ilmu- ilmu Seni </span></strong><strong><span lang="IN"><br />
</span></strong><span lang="IN">Estetika adalah disiplin yang baru di Indonesia. Hingga kini masih sedikit tulisan-tulisan yang berkaitan dengan bidang ini. Beberapa buku tentang Estetika yang bersifat pengantar </span><span lang="IN">memang bermunculan pada tahun-tahun belakangan ini, tapi isinya terlalu umum bagi </span><span lang="IN">mereka yang memiliki minat kuat menerapkan estetika dalam penelitian seni. Istilah estetika itu kita adaptasi dari kata </span><em><span lang="IN">`aesthetics’ </span></em><span lang="IN">bahasa Inggris. Kata itu dalam tradisi </span><span lang="IN">bahasa Inggris juga sesuatu yang baru, diperkenalkan di sekitar 1830 (lihat T.J. Diffey, </span><em><span lang="IN">A Note on Some Meaning of The Term `Aesthetic ‘ </span></em><span lang="IN">dalam </span><em><span lang="IN">`British Journal of Aesthetics Vol. </span></em><span lang="IN">35, No_ 1, January,1995). Filosof yang pertama kali mempromosikan kata itu adalah </span><span lang="IN">Alexander Baumgarten (1714 </span><span lang="IN">- 1762), seorang filosof Mazhab Leibnitio-Wolfian Jerman dalam karyanya, </span><em><span lang="IN">Meditationes </span></em><span lang="IN">(1735).</span><span lang="IN"><span lang="IN">Dalam hal ini, perlu dibedakan arti kata yang dalam penggunaan di tingkat akademis sering dipercampurkan, yaitu kata sifat ‘aesthetic’’ diterjemahkan menjadi estetik dan kata benda </span><em><span lang="IN">‘aesthetics’ </span></em><span lang="IN">diindonesiakan menjadi estetika. Kata </span><em><span lang="IN">‘aesthetic’, </span></em><span lang="IN">asalnya dari bahasa Yunani, </span><em><span lang="IN">‘aesthetikos’ </span></em><span lang="IN">berarti </span><em><span lang="IN">`sesuatu yang dapat diserap ‘indera’, </span></em><span lang="IN">atau berkaitan dengan persepsi penginderaan, pemahaman, dan perasaan, lawan katanya yang lebih populer dalam penggunaan di dunia kedokteran adalah </span><em><span lang="IN">‘anaesthetic’ , </span></em><span lang="IN">anestetik atau patirasa. Jadi, estetik adalah cara mengetahui melalui indera yang mendasar bagi kehidupan dan perkembangan kesadaran. Meskipun demikian, makna inderawi dari kata estetik dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini semakin jarang dipakai. Kata estetik pada umumnya dikaitkan dengan makna ‘citarasa yang baik, keindahan dan artistik, maka estetika adalah disiplin yang menjadikan estetik sebagai objeknya. Estetika, dalam tradisi intelektual, umumnya dipahami sebagai salah satu cabang filsafat yang membahas seni dan objek estetik lainnya. Dalam hal ini Louis Arnaud Reid memberikan batasan </span><em><span lang="IN">estetika filosofis </span></em><em><span lang="IN">sebagai disiplin yang mengkaji makna istilah-istilah dan konsep-konsep yang berkenaan </span></em><em><span lang="IN">dengan seni. </span></em><span lang="IN">Cara kerja estetika filosofis dalam pemahaman Reid, pertama, menggali </span><span lang="IN">makna istilah dan konsep yang berkaitan dengan seni; kedua menganalisis secara kritis </span><span lang="IN">dan mencoba memperjelas kerancuan bahasa dan konsep-konsep; ketiga, memikirkan </span><span lang="IN">segala sesuatu secara koheren, sehingga, meskipun estetika memiliki sisi analitis dan sisi kritis, ia bertujuan untuk membangun suatu struktur gagasan positif yang memungkinkan </span><span lang="IN">beragam bagian memiliki keterpaduan yang utuh. Meskipun kata ‘estetika’ itu baru </span><span lang="IN">diperkenalkan pada tahun 1735 oleh Baumgarten, bukan berarti bahwa estetika bermula </span><span lang="IN">dari masa itu. Estetika filosofis yang menjadi padanan kata filsafat seni bermula </span><span lang="IN">semenjak lahirnya filsafat dalam sejarah kemanusiaan. Hingga kini estetika atau filsafat </span><span lang="IN">seni telah membentuk akumulasi pengetahuan filosofis yang luas dan beragam. Ruang lingkup bahasan estetika filosofis mencakup berbagai segi seperti definisi seni, fungsi </span><span lang="IN">seni, dasar landasan keunggulan artistik, proses kreasi, apresiasi, dan prinsip-prinsip </span><span lang="IN">penilaian estetik.</span><span lang="IN"><span lang="IN">Pendekatan estetika filosofis bersifat spekulatif, </span><span lang="IN">artinya dalam upaya menjawab </span><span lang="IN">permasalahan tidak jarang melampaui hal-hal </span><span lang="IN">yang empiris dan mengandalkan </span><span lang="IN">kemampuan logika atau proses mental. Estetika filosofis juga tidak membatasi objek </span><span lang="IN">permasalahan seperti halnya estetika keilmuan yang membatasi objek penelitiannya pada kenyataan-kenyataan yang dapat diindera. Secara mendasar estetika filosofis mencoba mencari jawaban tentang hakekat dan asas dari keindahan atau fenomena estetik. Dalam hal ini jawaban-jawaban dari pertanyaan itu dari para filosof dapat dikelompokkan dalam dua aliran besar, yaitu golongan filsafat <strong><em>Idealistis </em></strong>dan golongan filsafat <strong><em>Materialistis</em></strong>. Jawaban-jawaban para filosof dapat ditelusuri berasal dari gambaran-gambaran fikiran atau konsep-konsep. Plato yang dikenal sebagai tokoh filosof ldealisme, misalnya mengajukan konsep bahwa hakekat kenyataan itu adalah Idea (Bentuk). Pemahaman ini didasari oleh anggapan bahwa alam merupakan suatu kenyataan yang tidak sempurna, dapat rusak dan musnah, sehingga menurut Plato alam bukan kenyataan yang sesungguhnya, karena Realitas mestinya bersifat sempurna dan abadi, dan itu hanya ditemui pada kenyataan Idea. Bagi Plato, seni adalah tiruan (Imitasi) dari kenyataan Idea. Sebagai contoh Plato menunjuk tempat tidur yang dibuat oleh tukang kayu dan pelukis melukis tempat tidur yang dibuat oleh tukang kayu. Dalam hal ini lukisan merupakan tiruan dari tiruan, karena tukang kayu membuat tempat tidur berdasar pada Idea tentang tempat tidur yang merupakan Realitas Pertama, sedangkan pelukis justru meniru objek tempat tidur yang dibuat oleh tukang kayu yang merupakan Realitas Kedua. Tidak mengherankan Plato memberikan status yang rendah tentang posisi seni dalam hubungannya dengan Realitas. Menurut Plato seni tidak dapat diandalkan sebagai sumber pengetahuan Realitas. Pandangan ini sedikit berbeda dengan pemahaman Aristoteles yang juga meyakini bahwa seni adalah imitasi, tetapi karena proses imitasi itu melibatkan kemampuan akal dan roh manusia maka hasil karya seni memiliki keandalan yang sama sebagai sumber pengetahuan sebagaimana halnya kenyataan alam. Lebih jauh, Plotinus menafsirkan bahwa karya seni memiliki posisi yang lebih tinggi sebagai sumber pengetahuan dibanding alam karena dalam proses penciptaannya karya seni melibatkan unsur roh ketuhanan yang dimiliki manusia. Dalam tradisi seni Barat, ajaran seni sebagai Imitasi memiliki dampak yang luas dan panjang, seperti nampak pada dominasi gaya Realisme.</span><span lang="IN"><span lang="IN">Di luar pemahaman seni sebagai Imitasi, estetika filosofis memiliki puluhan jawaban </span><span lang="IN">tentang hakekat seni dan keindahan. Melvin Rader, dalam bukunya </span><em><span lang="IN">A Modern Book of </span></em><em><span lang="IN">Esthetics </span></em><span lang="IN">menunjuk berbagai pengertian seni </span><span lang="IN">: seni sebagai Bentuk, Ekspresi, Ilusi, Jarak Estetik, Main, Kesenangan, Simbol, Keindahan, Emosi, Fungsi, Penyadaran dan lain sebagainya. Dalam konteks penelitian, metodologi atau pendekatan dalam estetika filosofis yang cenderung spekulatif dianggap tidak memenuhi standar penelitian ilmiah. Dalam hal ini, kita dapat melangkah pada pembahasan estetika yang lain yaitu estetika yang bersifat keilmuan. Terutama pada akhir abad 19 dan awal abad 20 berbagai cabang ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial mulai mengarahkan minat pada fenomena seni sehingga secara berturut-turut dapat ditunjuk pertumbuhan sub-disiplin seperti Sejarah Seni, Antropologi Seni, Psikologi Seni, Sosiologi Seni, Manajemen Seni. Cabang-cabang disiplin ini selain disebut sebagai Estetika Keilmuan, juga sering disebut dengan ilmu-ilmu seni. Estetika keilmuan atau ilmu-ilmu seni ini dalam pendekatannya bersifat empiris dan mengikuti tahap-tahap penelitian ilmiah seperti observasi, klasifikasi data, pengajuan hipotesis, eksperimen, analisis, dan penyimpulan teori atau dalil. Selain itu, pendekatan empiris pada karya seni melahirkan disiplin lain mencakup kritik seni, morfologi estetik, dan semiotik.</span><span lang="IN"><em><span lang="IN">Pengertian </span></em><em><span lang="IN">‘llmu’ </span></em><span lang="IN">yang dipakai dalam konteks estetika keilmuan bukan dalam pengertian yang eksak sebagaimana ilmu alam. Thomas Munro seorang perintis dalam perkembangan estetika keilmuan memberikan suatu pandangan yang lebih konstruktif tentang arti kata ilmu sebagai cara berfikir yang secara berangsur berkembang dalam satu lapangan fenomena. Dalam hal ini, Munro mengartikan <strong><em>ilmu sebagai suatu cabang studi yang berkenaan dengan observasi dan klasifikasi fakta, khususnya dengan penetapan hukum-hukum yang teruji baik melalui induksi maupun hipotesis atau secara khusus, ilmu berarti pengetahuan yang disepakati dan terakumulasi serta disusun dan dirumuskan dengan merujuk kepada pendapatan kebenaran umum atau gerak hukum umum</em></strong>. Arti ilmu seperti ini memberi tempat bagi berkembangnya ilmu-ilmu seni, seperti Sejarah Seni, Antropologi Seni, Sosiologi Seni, Psikologi Seni dan lain sebagainya. Lebih jauh estetika keilmuan hendaknya tidak dipahami sebagai suatu subjek yang bertujuan menegakkan hukum universal tentang keindahan dan cita rasa yang baik yang dapat berlaku untuk semua orang, ataupun untuk membuktikan hendaknya seseorang memilih satu jenis seni dari yang lain. Dengan demikian ilmu-ilmu seni lebih dekat berada pada pengertian ilmu-ilmu kemanusiaan atau ilmu-ilmu sosial.</span></span></span></span></span><br />
<img alt="Bagan Ruang Lingkup Estetika dan Ilmu-Ilmu Seni" height="912" id="image118" src="http://1.1.1.4/bmi/www.fsrd.itb.ac.id/wp-content/uploads/2006/05/diagram.jpg" title="" width="535" /><br />
<span lang="IN"></span><br />
<span lang="IN"><span lang="IN">Seperti yang dapat dilihat pada bagan yang diatas, estetika empiris atau estetika keilmuan digolongkan ke dalam 2 kelompok. Kelompok yang pertama tertuju pada karya seni </span><span lang="IN">sebagai objek pengetahuan dan mencakup Kritik Seni, Morfologi Estetik, Semiotika, Teknologi Seni dan Metodologi (Penciptaan) Seni. </span><span lang="IN">Sedangkan pada kelompok yang kedua dengan fokus objek pada kegiatan manusia dan seni, yang meliputi Sejarah Seni, Antropologi Seni, Sosiologi Seni, Psikologi Seni dan </span><span lang="IN">Manajemen Seni. Apabila di daerah asalnya yaitu negara Barat </span><span lang="IN">estetika keilmuan tergolong sebagai suatu disiplin yang masih baru berkembang, sekitar </span><span lang="IN">awal abad ke-20an, maka di Dunia Ketiga dan Indonesia pada khususnya, bidang </span><span lang="IN">estetika, baik yang filosofis maupun keilmuan masih dalam taraf pengenalan. Di </span><span lang="IN">perguruan tinggi filsafat ataupun ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu sosial disiplin </span><span lang="IN">ini </span><span lang="IN">belum banyak berkembang. Begitu juga di perguruan tinggi seni di Indonesia, </span><span lang="IN">pertumbuhan dan perkembangan estetika masih pada tahap permulaan. Kuliah-kuliah tentang estetika filosofis misalnya telah masuk dalam kurikulum di lembaga pendidikan </span><span lang="IN">tinggi seni pada masa 1970-an, termasuk Kritik Seni dan Tinjauan Seni. Di Departemen </span><span lang="IN">Seni Rupa ITB misalnya pengajaran mata kuliah Antropologi Seni, Sosiologi Seni, dan Psikologi Seni baru diadakan pada dekade 1990-an. Pembentukan kelompok keahlian Estetika dan Ilmu-ilmu Seni baru terlaksana pada periode itu.</span><span lang="IN"><span lang="IN">Salah satu disiplin estetika empiris yang telah lama dipraktekkan di Indonesia adalah </span><span lang="IN">Kritik Seni. Bidang ini telah muncul pada awal lahirnya seni rupa modern pada </span><span lang="IN">dasawarsa 1930-an ketika Sudjojono yang juga seorang pelukis dan pendiri Persagi pada </span><span lang="IN">1938 aktif menulis kritik terhadap peristiwa-peristiwa pameran pada masa itu. Sesudah masa kemerdekaan tradisi kritik seni dalam bidang seni rupa diteruskan oleh tokoh-tokoh </span><span lang="IN">seperti Trisno Sumardjo, Kusnadi, Sitor Situmorang, dan pada periode 1970an muncul </span><span lang="IN">Sudarmaji, Sanento Yuliman, Agus Dermawan dan sebagainya. Diantara nama-nama kritikus di atas yang secara konsisten menulis kritik dengan pendekatan empiris dan </span><span lang="IN">diakui integritasnya adalah Sanento Yuliman. Sementara itu, di bidang Morfologi Estetik </span><span lang="IN">dan Semiotika masih belum berkembang secara berarti. </span><span lang="IN">Pada kelompok yang </span><span lang="IN">menyangkut interelasi kegiatan manusia dan seni, bidang yang relatif lebih berkembang adalah Sejarah Seni. Penelitian-penelitian tentang Sejarah Seni Rupa Indonesia baik periode masa lalu maupun masa kini cukup banyak dilakukan, bahkan bersamaan dengan pertumbuhan galeri dan meningkatnya frekuensi pameran karya seni serta penyerapan karya seni oleh para kolektor, para seniman baik yang senior maupun yang masih muda berinisiatif untuk menerbitkan buku-buku yang berkonotasi biografis kesejarahan. Begitu juga penelitian sejarah seni yang terkait dengan penulisan skripsi, tesis, ataupun disertasi cukup banyak dilakukan. Bersama dengan itu dibukanya berbagai perkuliahan Antropologi Seni, Sosiologi Seni, dan Psikologi Seni pada strata S1 mendorong minat bagi penelitian-penelitian di bidang itu.</span></span></span><br />
<span lang="IN"><span lang="IN"><a href="http://kkeis.fsrd.itb.ac.id/">Website KK Estetika dan Ilmu-ilmu Seni </a></span></span></div></div></div></div>seni nusantaarahttp://www.blogger.com/profile/16121253994776687501noreply@blogger.com0